Bisnis.com, JAKARTA—Adidas AG, merek sepatu ternama asal Jerman, memperkirakan kinerja tahun ini akan bakal tumbuh seiring naiknya daya beli yang mengerek angka pengeluaran konsumen.
Meningkatnya konsumsi membuat perusahaan itu meyakini bakal lebih mudah menjual produk berharga tinggi sehingga dapat mengompensasi kenaikan ongkos produksi. Dalam pernyataan resminya, Adidas mengatakan pendapatan bersih akan tumbuh 10% hingga 12%.
Sementara, margin operasional diproyeksi stabil setelah pada 2015 berada di level 6,5%. Sementara, margin kotor akan turun sekitar 1% karena meningkatnya biaya pembelian di Asia.
Adidas melanjutkan penjualan tahun ini akan didukung oleh berlangsungnya Piala Eropa 2016, terutama untuk sepatu dan pakaian. Piala Eropa kali ini akan digelar di Prancis pada musim panas.
Tahun 2016 menjadi tahun terakhir bagi Herbert Hainer setelah menjabat sebagai CEO Adidas selama 15 tahun. Pada Oktober nanti, dia akan menyerahkan jabatannya kepada Kasper Rorsted yang merupakan CEO Henkel AG.
Rorsted menghadapi turunnya penjualan perusahaan di AS, yang kalah bersaing dari Nike, dan penyusutan sales di produk sepatu atletik. Adapun Henkel adalah perusahaan Jerman yang bergerak di bidang konsumer dan industrial.
Di luar Nike, Adidas juga menghadapi kompetisi dari perusahaan-perusahaan serupa yang berukuran lebih kecil seperti Sketchers USA Inc. Selain Rorsted, perusahaan itu juga akan menarik orang terkaya Mesir, Nassef Sawiris, sebagai salah satu komisaris.