Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eropa & Jepang Pantau Dampak Suku Bunga Negatif

JAKARTAUsai mendapat sorotan dalam pertemuan G20 di Shanghai bulan lalu, Eropa dan Jepang kompak melakukan pemantauan secara mendalam terkait dampak suku bunga negatif mereka.

JAKARTA—Usai mendapat sorotan dalam pertemuan G20 di Shanghai bulan lalu, Eropa dan Jepang kompak melakukan pemantauan secara mendalam terkait dampak suku bunga negatif mereka.

Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa (ECB) Benoit Coeure mengatakan, otoritasnya saat ini tengah melakukan pemantauan risiko kebijakan moneter tersebut terhadap profitabilitas bank-bank domestik. Pasalnya, keluhan terkait kerugian yang diderita sektor perbankan telah meningkat akhir-akhir ini.

"Kami sangat menyadari masalah ini. Kami sedang mempelajari dengan seksama terkait skema moneter ini. Tapi kami juga berpikir bahwa ini adalah strategi yang harus dijalani saat ini," kata Coeure, Rabu (2/3).

ECB tercatat telah menerbitkan stimulus moneter terakhirnya berupa suku bunga deposito yang dipertahankan -0,3 %, penetapan tingkat refinancing utama pada posisi 0,05 % dan memperpanjang program pembelian obligasi mereka untuk setidaknya Maret 2017.

Namun demikian, menurut Coeure, saat ini telah banyak bank-bank di Uni Eropa yang berhasil mengimbangi penurunan pendapatan dari bunga deposito, melalui berbagai sumber. Dia mengatakan, bank domestik telah mengimbanginya melalui peningkatan volume pinjaman yang lebih tinggi, pengenaan beban bunga yang lebih rendah, risiko yang lebih rendah dan penambahan modal.

"Mereka yang menyerukan kebijakan moneter ECB kurang akomodatif harusnya bertanya pada diri mereka sendiri setelah melihat kondisi saat ini," lanjutnya.

Dia menambahkan, bahwa kebijakan suku bunga negatif saat ini secara tidak langsung telah dibenarkan oleh kondisi pertumbuhan ekonomi yang lamban dan inflasi yang menjauhi dari target.

Di sisi lain, kebijakan moneter tersebut, akan menjadi tameng di tengah kondisi yang serba tidak pasti di kawasan Uni Eropa. Ketidakpastian tersebut diantaranya muncul dari prospek ekonomi global, referendum Inggris, gelombang imigran dan arah koalisi anggota Uni Eropa.

Sementara itu, Penasihat Ekonomi Perdana Menteri Jepang Masahiko Shibayama mengatakan, Bank Sentral Jepang (BOJ) masih berpeluang untuk memperluas kebijakan suku bunga negatif yang telah diberlakukan saat ini.

Dia merasa, kesepakatan dalam kongres G20 yang menginginkan stimulus moneter diimbangi pula oleh stimulus fiskal, tidak akan membatasi langkah BOJ. Pasalnya, menurutnya, masih terlalu dini untuk membahas anggaran tambahan untuk stimulus untuk tahun fiskal berikutnya.

Namun demikian, pemerintah menurutnya tetap perlu mempercepat reformasi struktural untuk mengamankan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Selain itu, BOJ juga harus mempelajari dampak dari kebijakan suku bunga negatif yang mulai berlaku bulan lalu.

“Pernyataan G20 tidak akan membatasi langkah lanjutan BOJ. Namun saya berharap BOJ bijak dalam menganalisis dampak suku bunga negatif, sehingga kebijakan moneter selanjutnya dapat semakin tepat sasaran," kata Shibayama, Rabu (2/3). (Reuters/Bloomberg/Yustinus Andri)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik
Sumber : Reuters-Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler