Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Betti Alisjahbana: Perguruan Tinggi Harus Berubah Agar Tetap Relevan

Fenomena perubahan disruptif (mengganggu) yang terjadi, seperti di dunia minyak dan dunia digital menuntut perguruan tinggi melakukan perubahan agar tetap relevan.
Sidang Terbuka Dies Natalis ke-57 ITB/Bisnis-Agne
Sidang Terbuka Dies Natalis ke-57 ITB/Bisnis-Agne

Bisnis.com, BANDUNG - Fenomena perubahan disruptif (mengganggu) yang terjadi, seperti di dunia minyak dan dunia digital menuntut perguruan tinggi melakukan perubahan agar tetap relevan.

Hal ini disampaikan Ketua Majelis Wali Amanat Institut Teknologi Bandung (ITB), Betti Alisjahbana pada Sidang Terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-57 ITB, di Bandung pada Rabu (2/3/2016).

Betti mengungkapkan perubahan-perubahan yang terjadi dengan sangat cepat dan semakin lama semakin cepat seringkali sangat disruptif.

"Contohnya turun drastisnya harga minyak sebagai akibat dari membanjirnya produksi minyak hingga kelebihan produksi minyak sekitar 2 juta barrel per hari yang tidak bisa diserap oleh pasar," jelasnya.

Betti menambahkan hal ini juga berakibat pada harga komoditas yang turun dan pendapatan para produsen komoditas yang turun termasuk menurunnya pendapatan para pelaku bisnis dan pekerja di sektor minyak bumi, gas alam, tambang dan komoditas lainnya.

"Saya masih ingat betul, sekitar 3 atau 4 tahun lalu, kita masih membahas perlunya daya tampung prodi Teknik Perminyakan dan Pertambangan diperbesar, untuk memenuhi kebutuhan di dunia industri. Tetapi kini gelombang PHK di sektor migas dan tambang telah terjadi, sarjana baru pun kesulitan mendapatkan pekerjaan," jelasnya.

Di lain sisi, untuk dunia digital, Betti mengungkapkan pemerintah memberikan dukungan untuk memajukan ekonomi digital, yaitu pemanfaatan internet dan teknologi informasi untuk bertransaksi dan membuat model-model bisnis baru.

"Ada sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna telepon pintar di Indonesia," ujarnya.

Betti menambahkan dari data analisis Ernst & Young, dapat dilihat pertumbuhan nilai penjualan bisnis online di tanah air setiap tahun meningkat 40 persen. Di tahun 2014, nilai transaksinya US$12 miliar.

"Jadi akan sangat signifikan," ujarnya.

Selain itu, bisnis online ini juga memberdayakan pengusaha-pengusaha UKM sehingga bisa terlibat, bertransaksi, memasarkan produknya dan menciptakan peluang kerja bagi banyak orang.

Betti menambahkan tumbuhnya bisnis online ini juga mendorong pertumbuhan bisnis-bisnis penunjang seperti jasa pengiriman, logistik, operator telekomunikasi, produsen perangkat pintar dan perangkat lunak.

"Model-model bisnis baru yang tidak terpikirkan sebelumnya pun kini bermunculan, seperti ojek dan taksi yang bisa dipesan dengan aplikasi internet, seperti Go-Jek yang kemudian dikembangkan ke jasa lainnya seperti jasa pijat," ujarnya.

Betti mengungkapkan saat ini terjadi peralihan dari ekonomi industrial ke ekonomi entrepreneurial berbasis pengetahuan dan dimotori oleh inovasi teknologi.

Untuk melahirkan inovasi dibutuhkan kerja sama tim dengan latar belakang beragam dan multidispilin, karenanya proses belajar terbaik terjadi di dalam group secara kolaboratif dengan peserta yang datang dari berbagai disiplin ilmu. Termasuk berkembangnya konsep Connected Learning yaitu model belajar yang memanfaatkan kemampuan teknologi.

"Perguruan tinggi perlu melakukan perubahan agar tetap relevan. Perguruan tinggi perlj mengakomodasi pembelajar yang beragam dan gaya belajar yang beragam pula belajar jadinya adalah pengalaman membangun bersama," ujarnya.

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan nilai total valuasi 130 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.756 triliun dan akan menumbuhkan 1.000 teknopreneur pada 2020 dengan total valuasi 10 miliar dolar AS atau Rp138 triliun.

"Rupanya ada kecocokan cita-cita antara Indonesia dan ITB, sehingga bisa saling mendukung di dalam merealisasikan cita-cita tersebut," ujarnya.

Betti menambahkan, ITB perlu memikirkan terobosan-terobosan untuk membuat kepakaran ITB dan hasil-hasil riset dan inovasi yang dihasilkan oleh ITB serta para lulusan ITB dapat berkontribusi pada realisasi 1000 teknopreneur pada 2020.

"Masyarakat luas harus bisa memanfaatkan kepakaran ITB dan hasil-hasil riset dan inovasinya," ujarnya.

Betti mengungkapkan bila MIT Open Course Ware kini menyediakan 2260 mata kuliah dan telah diikuti oleh 175 juta orang dari seluruh dunia, maka tantangan bagi ITB untuk juga memberikan kontribusi yang besar pula bagi masyarakat sesuai dengan kepakaran ITB.

"ITB harus memiliki platform sebagai wadah bagi entitas sistem uaitu kampus, mahasiswa, swasta, masyarakat, pemerintah untuk saling berinteraksi membangun nilai bersama atau value co-creation, sehingga setiap entitas sistem tersebut bisa mendapatkan keuntungan dari interaksi tersebut," jelasnya. (k5)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro