Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dia Jam Tangan Kayu Buatan Indonesia yang Lagi Tren

Jam tangan kini menjadi atribut fashion yang dimiliki oleh hampir semua orang. Fungsinya tak lagi sekedar alat penunjuk waktu tetapi menjadi penunjuk karakter seseorang.
(Twitter)
(Twitter)

Bisnis.com, JAKARTA – Jam tangan kini menjadi atribut fashion yang dimiliki oleh hampir semua orang. Fungsinya tak lagi sekedar alat penunjuk waktu tetapi menjadi penunjuk karakter seseorang.

Banyak yang bereksperimen dengan mencoba gaya jam baru yang disesuaikan dengan karakternya masing-masing. Bahkan banyak yang memiliki lebih dari satu jam tangan yang akan dipadupadankan untuk kesempatan yang berbeda-beda.

Perkembangan mode tersebut memperluas pasar jam tangan sehingga mendorong munculnya inovasi jam tangan. Jika biasanya material yang lazim digunakan untuk jam tangan adalah aluminium ataupun kulit, kini bahan yang sedang tren digunakan adalah kayu.

Yang unik, ada juga pelaku usaha yang melakukan modifikasi dari bahan limbah lingkungan seperti tulang dan tanduk.

Salah satu yang terjun dalam bisnis jam tangan kayu adalah Deny Timothy. Bersama empat temannya mahasiswa semester akhir , Deny mengembangkan merek jam Zwagery sejak setahun lalu. Modal yang mereka keluarkan saat itu berkisar Rp35 juta untuk penyediaan bahan baku dan riset awal.

“Sekarang sedang booming jam tangan kayu. Bedanya kami dengan yang lain adalah pemakaian kayu ulin,” kata dia saat ditemui dalam acara Business Lounge and Investor Days (Blidz) yang digelar Program S1 Bisnis Prasetya Mulya.

Eusideroxylon zwageri yang biasa dikenal dengan kayu besi dikenal sebagai salah satu kayu terkuat yang banyak digunakan untuk bahan lambung kapal.

Alasan pemilihan bahan tersebut karena kayu ulin dikenal sangat kuat, memiliki mutu yang tinggi dan tahan terhadap serangan rayap dan berbagai kondisi alam.

Akan tetapi, pemilihan kayu kokoh tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Deny dan kawan-kawannya. Awalnya mereka kesulitan mencari pengrajin yang mampu mengolah kayu ulin menjadi rantai jam secara rapi.

“Bahannya kan sangat keras, sehingga perlu teknik khusus untuk mengolahnya menjadi bagian-bagian jam, nah kalau salah perlakuannya bahan kayunya bisa pecah. Tidak semua pengrajin kayu mampu membuat sesuai yang kami harapkan,” katanya.

Zwagery mengeluarkan tiga variasi produk yakni yang memakai gabungan aluminium, full kayu dan strap kulit. Harga yang dibanderol untuk produk tersebut berbeda-beda, masing-masing Rp1,5 juta, Rp1,4 juta dan Rp1,3 juta.

Pasar yang diincar Zwagery yakni mulai usia 18 tahun – 25 tahun, yakni mereka yang ingin terlihat dewasa namun tetap memiliki gaya tersendiri yang baru dan berbeda dari yang lainnya.

Konsumennya datang dari kalangan anak muda yang senang nongkrong, komunitas pecinta produk berbahan kayu hingga para pekerja.

Demand jam tangan yang sesuai gaya anak muda middle to up dengan harga Rp1 juta – Rp3 juta sebenarnya tinggi tetapi belum banyak pelaku usaha yang mampu memenuhi permintaan itu.  Karena itu kami sengaja menyasar kelas tersebut dengan memberikan kayu yang berkualitas terbaik,” ujarnya.

Pemasaran Zwagery selama ini dilakukan secara online karena pihaknya masih belum memiliki toko offline.  Media promosi yang digunakan yakni Instagram lewat akun zwagerywatches dan juga situs www.zwagerywatches.com.

Dalam sebulan penjualannya berfluktuasi dari 15 unit hingga 30 unit. Omzetnya saat ini sekitar Rp21 juta hingga Rp42 juta jika diambil rata-rata Rp1,4 juta per produk.

Penjualan Zwagery biasanya lebih ramai ketika mengikuti event pameran tertentu. “Gross profit yang didapat sekitar 200% - 300%,” tuturnya.

Kini Deny dan kawan-kawannya bercita-cita untuk mengembangkan usahanya hingga menembus pasar ekspor. Pasalnya sudah ada beberapa pihak yang tertarik untuk membawa produknya untuk dipasarkan di Jepang.

Sayangnya ekspansi tersebut belum bisa dimulai lantaran kapasitas produksi Zwagery saat ini masih terbatas. Dengan kapasitas satu mesin dan tiga orang pengrajin yang diajak kerja sama, pihaknya hanya mampu memproduksi 40 unit jam satu bulan. Apalagi masa pembuatan satu unit jam memakan waktu dua hari.

Padahal jika keran ekspor dibuka, tentunya perlu kemampuan produksi yang lebih tinggi. Mereka pun kini mencari investor yang bersedia diajak kerja sama untuk peningkatan kapasitas.

Dari perhitungan Deny, diperlukan modal sekitar Rp200 juta agar mampu meningkatkan kapasitas produksi minimal dua hingga tiga kali lipat dari sekarang.

“Kalau bahan baku bisa dibilang tidak ada masalah, stok masih banyak. Yang jadi kendala adalah kapasitas produksi. Tetapi kami menargetkan paling tidak bulan Juli nanti akan serius mengembangkan Zwagery karena kami sudah tahu ada pasar di Jepang yang memang menyenangi produk jam kayu,” ucapnya bersemangat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Bisnis.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler