Solopos.com, BOYOLALI – Ratusan pelajar SMA berkumpul di Pendapa Ageng Kabupaten Boyolali, Minggu (8/2/2015) pagi. Mereka terlihat anggun dan menawan dengan pakaian muslim yang mereka kenakan. Bagi pelajar putri, semuanya mengenakan jilbab dan berpakaian menutup aurat.
Sementara itu ada enam pelajar lainnya yang sedang berakting di panggung. Mereka memainkan sebuah drama singkat bertema pacaran. Drama tersebut menceritakan seorang siswi yang berpacaran dengan teman sekolah. Namun di akhir cerita, siswi kecewa karena pacarnya memiliki kekasih lain.
“Tuh dia teman-teman akibat dari menaruh harapan dan cinta pada selain Allah. Ujung-ujungnya adalah kecewa. Bingkailah rapat-rapat cinta itu sampai Allah benar-benar mempertemukan kita dengan jodoh kita dipernikahan,” kata salah seorang pemain drama, Novi Erita Suryaningsih.
Drama tersebut dimainkan pelajar dari SMK 1 Mojosongo. Drama tersebut menjadi bagian dari acara Seminar Manajemen Cinta yang diselenggarakan Forum Antar Rohaniah Islam SMA (Forsais) se-Boyolali.
Menurut Ketua Forsais Boyolali, Agus Setyo Nugroho, seminar diselenggarakan sebagai bekal bagi pelajar untuk menyikapi Hari Valentine atau hari kasih sayang yang biasa dirayakan 14 Februari.
“Bagi kami pelajar muslim, Hari Valentine itu tidak pernah ada. Jadi, buang tradisi memberikan coklat atau bunga kepada teman lawan jenis, apalagi berpacaran sampai melanggar norma pada Hari Valentine itu,” kata Agus.
Selain drama dan seminar, dalam ajang tersebut juga ada deklarasi Pelajar Boyolali Anti Valentine. Sekitar 400 pelajar yang hadir dalam acara tersebut membubuhkan tanda tangan pada sehelai kain lebar sebagai komitmen untuk tidak ikut dalam perayaan hari kasih sayang.
Mereka sangat antusias mengikuti seminar dan deklarasi yang juga menjadi ajang silaturahmi bagi pelajar SMA se-Boyolali.
Agus menambahkan penyelenggaraan deklarasi di komplek terpadu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali juga memiliki tujuan tersendiri. Belakangan, kawasan tersebut kerap disalahgunakan bagi remaja-remaja yang berpacaran di komplek tersebut pada malam hari.
“Kami ingin turut serta buang imej itu. Kami ingin ikon baru Boyolali juga jadi tempat dakwah bagi para remaja.”
Ketua Panitia, Muhammad Ilham Fauzan, menambahkan agenda dakwah bagi para pelajar tak lepas dari dukungan forum ustaz dan ustazah di Boyolali.