SOLO –Misteri Stonehenge di Inggris yang tertanam di benak para peneliti selama berabad-abad lamanya kini terjawab sudah. Setelah sekian lama peneliti bertanya-tanya apakah batu Stonehenge itu ditata sehingga membentuk sebuah lingkaran penuh, kini mereka menemukan jawabannya.
Jawaban itu tak mereka dapatkan dengan menerapkan teknologi canggih sebagaimana pernah dicoba selama ini, melainkan karena tanpa sengaja menemukan jejak samar dari bekas batu yang sebelumnya diyakini terdapat di situs tersebut. Padahal selama ini berbagai pihak peneliti telah melakukan survei geofisika dengan resolusi tinggi yang tak terhitung jumlahnya, juga berkali-kali ekskavasi.Nyatanya semua upaya itu gagal memberikan jawaban.
Musim panas ini sebuah garis samar dari jejak batu masa megalitikum yang hilang tampak di permukaan tanah situ situ. Biasanya, garis tersebut tak terlihat lantaran selalu tertutup oleh rajinnya pengelola kawasan cagar budaya yang dimanfaatkan sebagai objek pariwisata itu melembabkan tanah demi menjaga rumput tetap tumbuh subur. Tahun ini, selang air yang biasa mereka gunakan terlalu pendek untuk menyiram seluruh situs.
Menajubkan, hal itu justru menyebabkan peneliti menemukan jejak samar batu yang melengkapi lingkaran susunan batu di situs tersebut. Jejak samar itu muncul hanya gara-gara rumput tak disiram. Meskipun samar-samar, namun jejak batu itu memastikan dugaan bahwa Stonehenge memang membentuk sebuah lingkaran utuh.
Dalam ilmu arkeologi memang disebutkan bahwa jika dalam waktu lama tertimbun, batu akan mempengaruhi pertumbuhan rumput di bawahnya. Salah seorang anggota tim peneliti, Daw, melihat fenomena itu. Rumput di bekas lokasi batu yang hilang itu lebih kering daripada lokasi sekitarnya.
Awalnya, Daw menduga hal ini hanya karena selang penjaga situs tak sampai di area itu. Namun setelah ia memikirkan kembali, pikirannya langsung teruju pada efek dari bekas batu yang mungkin telah hilang di lokasi tersebut.
“Saya masih kagum dan sangat senang karena benar-benar melihat sesuatu. Puluhan ribu orang telah sadar dan dapat mengungkapkan rahasia yang mesin canggih tidak bisa melakukannya,” ujar Daw sebagaimana dilansir Telegraph, Senin (1/9/2014).
Setelah menyadari penemuannya merupakan sebuah penemuan penting, ia pun bergegas menelepon rekannya untuk menyaksikan hasil analisis dan temuannya. Tak perlu menjadi arkeolog, ia pun merasa bisa menganalisis layaknya arkeolog.