Mata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan berkaca-kaca saat ditanya momen apa yang paling berkesan selama 6 tahun menjabat sebagai gubernur. Bapak dari enam orang anak ini mengaku sejumlah pencapaian dan program kerjanya didasari keinginan berterima kasih pada dua profesi: guru dan petani.
“Tanpa mereka saya tidak bisa seperti sekarang ini. Kita tumbuh sebagai manusia yang sehat berkat padi yang ditanam petani. Kita menjadi orang yang memiliki pengetahuan berkat jasa para guru,” katanya saat mengunjungi Kantor Bisnis Indonesia Perwakilan Bandung, Rabu (23/4) lalu.
Dari sana lahirlah program-program bantuan untuk petani, SD/SMP gratis, 18.000 ruang kelas baru (RKB) selama periode 2011-2013, dan berlanjut menjadi 20.000 RKB pada periode jabatan keduanya 2013-2018. Berikut pemaparannya terkait program kerja dan tantangan ekonomi Jabar 5 tahun ke depan:
Apa yang paling berkesan selama menjabat Gubernur Jabar?
Yang paling berkesan ketika kita bisa memperhatikan kebutuhan pendidikan masyarakat menjadi lebih baik. Membangun RKB, menggratiskan SD/SMP dan SMA, itu hal paling bermakna. RKB kita kurang kalau tidak dibangun banyak yang akan drop out karena dipaksa tidak ada ruang kelas. Kita akan bangun 20.000 lagi dalam 5 tahun ini,saya kira itu sudah memadai. Kita juga bangun 250 puskesmas rawat inap (poned).
Berikutnya program untuk petani. Salah satu faktor yang bisa membuat Jabar panen serentak dan tanam serentak adalah pembagian traktor paling sedikit di jaman saya 500 dan berikutnya sampai 1.200. Saya pernah mencoba pakai traktor capeknya bukan main. Karena alasan itulah saya sangat hormat pada guru dan petani.
Apa strategi dalam ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani?
Kami tetap berupaya mencari solusi agar ketahanan pangan di Jabar tetap terjaga seperti menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga pendidikan untuk menghasilkan petani yang terampil. Juga dengan perbaikan sarana dan infrastruktur, seperti irigasi. Semua program yang sudah ditetapkan harus dijalankan simultan dan bertahap. Tentunya perlu dukungan semua pihak terkait.
Lalu bagaimana tantangan ekonomi Jabar 5 tahun ke depan secara keseluruhan?
Secara makro, pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Jabar di posisi tiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur. Seharusnya bisa urutan pertama, kalau industri yang beroperasi di Jabar memiliki kantor pusatnya di provinsi ini. Kita dirugikan dari sisi hitung-hitungan ekonomi, seperti PPN badan itu seharusnya tercatat di Jabar.
Indikator lainnya, perekonomian nasional itu 40% disumbang dari industri pengolahan dan manufaktur, di mana 55% industri nasional tersebut berada di Jabar. Kita menyumbang banyak di pengolahan, tetapi peringkat kita kalah oleh DKI dan Jatim.
Meski demikian, tren ekonomi di Jabar terus tumbuh positif. seharusnya pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Tapi sekarang belum terlalu lurus, masih ada gap kaya dan miskin. Mudah-mudahan tidak membesar dan ada pemerataan pendapatan.
Kenapa bisa terjadi?
Tidak semua masyarakat terpengaruh angka-angka pertumbuhan ekonomi. Karena ada 20% masyarakat yang pendidikannya rendah tidak bisa mengakses kemajuan ekonomi. Masyarakat ini butuh intervensi pemerintah, karena itu muncul bantuan-bantuan sosial dan hibah, sebagai mekanisme untuk mereka yang tidak tersentuh kemajuan ekonomi. (Pewawancara: Tim Bisnis)