Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah banyak bergulat di perusahaan otomotif ternama, Tossin Himawan tertantang mentransfer pengalamannya untuk membesarkan PT Mitra Pinasthika Mustika (MPM) distributor komponen dan multifinance. Setelah 3 tahun ditangani Tossin, tahun ini MPM dijadwalkan melantai di bursa dengan melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO). Untuk mengetahui lebih jauh tentang MPM dan gaya kepemimpinan Tossin, Bisnis mewawancarai pria yang masa kecilnya punya cita-cita jadi penerbang itu. Berikut petikannya : Apa fokus bisnis MPM? MPM pada dasarnya perusahaan yang cenderung ke arah distribusi, consumer part, multifinance yang relative beroperasi di suatu daerah tertentu, misalnya Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sepeda motor di Jawa Timur. Adapun Federal Oil dipasarkan ke seluruh Indonesia. Saat ini MPM memiliki 12 perusahaan yang dikuasai, baik secara langsung maupun tidak langsung. PT Mitra Pina sthika Mulia dan MPM Motor bergerak di bidang distribusi dan penjualan sepeda motor merek Honda, sedangkan PT Federal Karyatama yang merupakan manufaktur dan penjualan consumer part otomotif merek Federal Oil. Di samping itu ada PT Mitra Pi nasthika Mustika Rent yang merupakan perusahaan di bidang jasa sewa kendaraan bermotor, serta PT Mitra Pinasthika Mustika Finance dan PT Sasana Artha Finance yang bergerak di bidang jasa pembiayaan. Selain itu, PT Asuransi Mitra Pelindung Mustika yang merupakan perusahaan asuransi dan dikenal dengan nama MPM Insurance. Adapun PT Mitra Pinasthika Mulia merupakan dealer utama untuk sepeda motor Honda di Jawa Timur dan NTT. Sampai dengan akhir 2012, Mulia memiliki jaringan 288 gerai ritel, sedangkan MPM Motor memiliki 38 gerai ritel. Bagaimana Anda menjadi pimpinan di MPM? Sebetulnya di perusahaan ini saya baru 3 tahun. Akan tetapi, selama 3 tahun ini merupakan kepanjangan setelah karier di berbagai bidang usaha terdahulu. Selama 3 tahun ini saya sangat excited, karena transformasinya sangat cepat. Sejak 2010, 2011, 2012, dan 2013, rasanya 3 tahun, tetapi banyak sekali hal-hal yang saya lakukan untuk transformasi PT MPM ini. Mau Anda bawa ke mana MPM? Kami bertransformasi mulai 2010, saya mimpinya ingin menjadikan perusahaan yang lebih besar. Bersama teman-teman, Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, Budi Setyadarma, kami melihat bagaimana perusahaan kami dalam 3 tahun mendatang. Dream (mimpi) pertama itu supaya perusahaan betul-betul lebih besar, bisa mengayomi berbagai kepentingan stakeholder. Ada industri sepeda motor, pemegang saham, dan pemerintah. Good governance harus baik, kami lihat dalam perjalanan tadi, perusahaan harus lebih profesional. Kami memiliki dream, tetapi ada tuntutannya untuk mencapai, kebutuhan akan disi dengan talent-talent yang ada. Bisa dengan organisasi yang ada, juga hire dari tempat yang diblanding agar nilai-nilainya sesuai dengan yang diharapkan. Untuk corporate governance [tata kelola perusahaan yang baik] harus dicari orang yang independen, direktur yang tidak terafiliasi agar objektif melihat visi perusahaan. Kami mencoba memisahkan kawan, keluarga, tetapi menjadi profesional sesuai dengan kerjaan, meritokrasinya, kontribusi apa yang dilakukan orang tadi kepada perusahaannya, bukan hanya pertemanan semata. Artinya transformasinya dilakukan. Kebetulan chairman-nya Edwin Soer yajaya mau nambah modal untuk ekspansi usaha. Kami juga dilirik inves tor asing, kalau perusahaan kami mempunyai prospek, dan menilai perusahaan ini penting sehingga mau ikut di perusahaan dalam bentuk mandatory convertible bond, note, dan exit-nya go-public atau IPO. Apa patokan keberhasilan transformasi MPM ini? Transformasi bisa dilihat dari nilai asetnya. Pada akhir 2011, aset masih Rp2,6 triliun, pada akhir 2012 menjadi Rp9 triliun. Yang dilakukan? Ada tambahan modal, ada kepercayaan perbankan. Dengan bertumbuhnya pasar di Indonesia, perusahaan ini menjadi lebih besar lagi. Kami mengakuisisi beberapa perusahaan, tentu seluruh harta dan kewajibannya, sehingga aset kami bertambah. Misalnya, pada 2012, MPM mengakuisisi PT Austindo Nusantara Jaya Rent [kini PT Mitra Pinasthika Mustika Rent/MPMRent], dan anak usahanya PT Austindo Nusantara Jaya Finance [kini Mitra Pinasthika Mustika Finance/MPM Finance]. MPMRent saat ini mengoperasikan armada lebih dari 9.700 unit, dan memiliki 21 kantor pelayanan di Indonesia. Bidang usaha terbesar? Dari distribusi dan ritel motor Honda pendapatannya berkontribusi 75,4% terhadap total pendapatan. Sisanya 11,8% consumer part otomotif (termasuk Federal Oil), selanjutnya 7,6% jasa keuangan, 5,2% dari layanan jasa kendaraan. Butuh 3 tahun untuk tinggal landas? Karena ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi dari otoritas, seperti mempunyai corporate secretary, internal audit, dan ko misaris independen. Ini semua benih-benih fairness, independensi. Budayanya harus mengarah ke sana, jangan hanya target IPO, tetapi budayanya dengan hal-hal di seluruh jajaran, maka otomatis mereka akan respek kepada pemangku kepentingan. Poinnya, transparansinya. Kami bukan hanya mencari laba, tetapi kami menggunakan setiap kesempatan, hak, dan kewajiban pelanggan diperhatikan. Seluruh aspek disiapkan, IPO bukan semata-mata offering, tetapi juga secara legal, soal perizinan, lisensi, semua harus dimiliki dengan ketentuan yang ada di pemerintah. Di aspek keterbukaannya, transparansi, fairness, bidang keterbukaannya, pelaporannya, tentu mengenai akuntasinya, kami harus melaksanakannya sesuai PSAK [Peraturan Standard Akuntansi Keuangan]. Kalau mau dapat pernyataan efektif untuk IPO dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka kami harus memperhatikan Peraturan VIII G 7 [Pedoman Penya jian Laporan Keuangan]. Bagaimana akhirnya Anda memutuskan masuk MPM? Setelah purnatugas dari Astra. Biasanya purnatugas di Astra sampai umur 55, saya malah sampai umur 61 [baru purnatugas]. Saya tahu, sudah waktunya saya minggir [dari Astra]. Tentu tantangan transformasi ini merupakan suatu kegembiraan tersendiri, banyak hal yang sudah dilewati. Ini bukan IPO pertama bagi saya untuk ter libat langsung. Sejak 1990-an saya ter li bat langsung, dulu Bank Universal 1997. Dengan qualified untuk IPO suatu hal cukup baik, better corporate governance, menjadi suatu budaya, fairness, keterbukaan, dan tanggung jawab. Kalau kami memiliki nilai-nilai integritas bagus, dan nilai meritokrasinya, bukan berdasarkan unsur keluarga atau teman. Di MPM mempunyai saham? Punya, sejak 25 tahun lalu. Waktu dapat kesempatan memiliki saham di MPM, Pak William, Astra belum go public, 1987. Bukan hanya saya yang pegang saham, dari United Tractor juga ada, agar integritas perusahaan dan agar saat pensiun masih ada tabungannya. Kok mau pegang MPM, kenapa tidak pensiun saja? Yang terpenting itu dua hal, kesehatan dan accumulated experiances. Talenta di Astra banyak, kalau saya masih sehat, waktu masih banyak, saya kerja sama dengan tenaga-tenaga muda yang mempunyai kompetensi, kami bisa bekerja sama mencapai objektif agar mencapai visi yang terukur dan bisa dicapai. Ini memberikan ilmu atau berbagi mengenai pengalaman yang masih bisa berguna. Namun, tidak seluruhnya pengalaman masih cocok, harus bisa sesuaikan dengan kebutuhan organisasi, harus efisien dan maju. Pengalaman kita bisa transformasikan dan disesuaikan dengan organisasi sekarang. Kegembiraan sendiri, ilmu saya tidak hi lang, seperti guru, memberi ilmu ke mu rid agar bisa lebih pandai. Saya ingin mengajarkan ilmu sesuai keadaan organisasi. Tantangan terbesar leader? Kalau sudah merasa tidak ada salahnya, maksudnya, leader itu harus berani bercermin dengan kaca bening, sehingga mau melihat apa yang kurang atau kelebihan dari kita, mana yang dibutuhkan, dan apa yang bisa menjadi imbuhan dari anggota tim agar semua berjalan lebih baik. Tidak ada orang yang tidak butuh bantuan orang lain. Pernahkah membuat keputusan salah? Di manajemen biasa-biasa saja, karena keputusan berdasarkan asumsi sesuai kebutuhan kita. Maka risikonya bisa dikalkulasikan, diantisipasi dengan baik. Kalau salah, bisa saja, harus belajar lagi dan buat training. Tidak bisa langsung bilang ganti atau dipecat. Kesalahan menjadi motivator. Siapa tokoh idola Anda? Zaman saya [muda], dulu idolanya hanya dua, Bung Karno dan Jhon F. Kennedy, karena mereka orang yang berani memproklamasikan, mempunyai keberanian luar biasa. Bung Karno zaman dulu sudah sarjana, bukunya Indonesia Menggugat, pada 1931, praktis sudah bisa memberikan gambaran soal kesetaraan dan emansipasi. Tidak ada urusannya yang kuat mendominasi yang lemah. Kaitannya bahwa hak manusia itu benar-benar universal, punya kebebasan. Sebenarnya, pengennya setara. Bung Karno orang terdidik, arsitek, bidangnya luas, psikologis, ilmu untuk mendidiknya. Dia multitasking. Apa cita-cita Anda sejak kecil? Pengen menjadi penerbang, karena bisa pergi ke banyak daerah tanpa bayar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper