Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah Sang Pengibar Bendera Imam Suryantoko

BANDUNG (bisnis-jabar.com)--Bagi Imam Suryantoko, menjadi pengibar bendera Merah Putih untuk acara-acara khusus kenegaraan membuat dirinya bangga dengan kepiawaian yang dimilikinya.

BANDUNG (bisnis-jabar.com)--Bagi Imam Suryantoko, menjadi pengibar bendera Merah Putih untuk acara-acara khusus kenegaraan membuat dirinya bangga dengan kepiawaian yang dimilikinya. Padahal, awalnya dia hanya seorang buruh pabrik yang harus bekerja banting tulang. Pada 1995, lulusan Desain Seni Rupa IKIP (UPI) Bandung itu bekerja di salah satu pabrik sepatu di kawasan Cicadas Bandung. Beberapa tahun kemudian dia ditarik ke Jerman menjadi salah satu desainer sepatu di negara tersebut. Namun, menginjak krisis moneter 1998 perusahaannya bangkrut dan terpaksa dia harus kembali ke Indonesia. Di situlah dia bergabung dengan Rumah Nusantara, sebuah komunitas yang bergerak di bidang seni, musik, teater dan diskusi budaya. "Kalau bermain teater sebenarnya sudah saya geluti sejak menjadi mahasiswa tahun 87-an," ujarnya saat ditemui di GIM Bandung, Jumat (22/2). Aktivitas berkesenian Imam semakin terasah di Rumah Nusantara. Ia kemudian menjadi salah satu pengibar bendera untuk kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh lingkup pemerintaha Kota Bandung. Tak disangka, menginjak tahun 2000 menjadi pengibar bendera Merah Putih menjadikannya terkenal dan banyak diundang oleh beberapa kalangan terutama untuk kegiatan militer. Imam menyebutkan pengalaman menjadi pengibar bendera saat dirinya diminta oleh pihak Sesko Angkatan Darat saat pembukaan upacara besar. Kebetulan saat itu sedang berlangsungnya masa kampanye Soesilo Bambang Yudhoyono pada 2004. Dia sebelumnya menanyakan kepada pihak yang datang kepadanya kenapa harus dia yang harus menjadi pengibar bendera, padahal banyak orang lain yang lebih mampu dan pantas. Terlebih dirinya hanyalah orang sipil. "Enggak mas Imam, ini adalah kehormatan bahwa warga sipil harus terlibat dalam upacara ini, di mana anda mewakili warga sipil di lingkungan kami di angkatan darat, untuk bernyanyi bersama dalam lagu Indonesia Raya," kata seorang kolonel yang menawarkannya seperti yang ditirukan Imam. Pengalaman lain yang masih terngiang di benaknya yaitu saat dirinya diminta mengibarkan bendera Merah Putih dalam upacara militer dalam pengiriman Kodam Siliwangi ke Aceh terkait kisruh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) waktu itu. "Jadi, ketika pemberangkatan pasukan ke Aceh itu dilakukan upacara dulu di Batalion 328 Badak Putih di Banten. Upacara pelepasan pasukan khusus pengamanan GAM," katanya. Di luar itu, pengalaman unik yang hingga saat ini tak pernah dilupakannya saat mengibarkan bendera yaitu saat dirinya hadir dalam salah satu acara penting. Ketika lagu Indonesia Raya berkumandang, tiang bendera yang biasa dibawa Imam ada yang mengikatnya dengan tali. "Saya saat itu malu banget. Lagu sudah berjalan tapi saya tidak bisa melangkah sedikit pun karena tiangnya ada yang naliin. Saya panik dan gak bisa apa-apa, dasar 'heureuy' orang Bandung," katanya sambil tersenyum. Tapi di sisi lain, ia hanya menganggap itu merupakan sebuah pengalaman yang tidak bisa dilupakannya sampai kapan pun. Akan tetapi, dengan pengalaman yang sudah dimilikinya belasan tahun. Kini Imam sudah memiliki tiang bendera pribadi yang lebih fleksibel dan bisa dibawa ke mana-mana. Dia juga khusus membuat bendera berukuran yang disesuaikan dengan tempat dan kondisi. "Saya punya stok bendera berukuran 2,5, 3,5 dan 4,5 meter yang sudah disesuaikan," katanya. Sebagai pengibar bendera, dia mengaku tulus dan senang menjalaninya. Dia tidak mematok berapa imbalan jika ada orang yang menyuruhnya mengibarkan bendera. "Kalau saya prinsipnya sukarela, karena ini salah satu kebanggan dan kecintaan saya terhadap Indonesia. Tapi bukan berarti saya tidak usah dibayar," katanya. Kini, selain menjalani aktivitasnya sebagai pengibar bendera Merah Putih, Imam sibuk mengajar sekolah anak-anak di Bandung. Tak lupa, sesekali ia menyempatkan untuk bermain teater. "Jujur, saat bermain teater, ada kerinduan tersendiri ketika memeragakan sebuah dialog dan peran," katanya. (k5/yri)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper