[caption id="attachment_314178" align="aligncenter" width="600"] (bisnis-jabar.com)[/caption] Sejak akhir 2012, Hotel Savoy Homann Bidakara Bandung mulai dinahkodai kapten baru, seorang yang telah mengarungi samudera perhotelan sejak tahun 1976, ia adalah Harry Satrio (56). Bisnis, berkesempatan untuk bertemu dan mendengar cerita Direktur hotel bernilai sejarah tinggi di Bandung ini mengenai seluk beluk kariernya dalam dunia perhotelan. Awal mula pria bernama lengkap Harry Satrio Estru Rahardjo terjun ke dunia perhotelan adalah karena “nyasar”. Saat lulus SMA Harry sama sekali belum berpikiran jurusan apa yang akan dia pilih nantinya, melanjutkan ke mana juga ia belum ada ide. Satu yang ada dipikirannya, ia ingin sekolah yang dapat membawanya keliling-keliling dunia. “Saya pas lulus SMA ga tau mau kuliah ke mana, tapi saya ingin sekali bisa ke luar negeri, saya berpikir bagaiamana caranya pokoknya saya harus bisa ke luar negeri akhirnya dengan skill saya yang baik dalam berbahasa inggris, saya coba tes sekolah pilot tapi gagal, sekolah pelayaran dilarang orang tua, akhirnya saya diajak sekolah di jurusan pariwisata dan saya mau,” jelasnya kepada bisnis-jabar.com saat ditemui disela kegiatannya. Ia akhirnya bersekolah di Akademi Perhotelan & Kepariwisataan (APK) Trisakti Jakarta di tahun 1979. Tiga tahun masa sekolahnya di APK Trisakti pun selesai, ia kemudian dipanggil untuk bekerja kembali di tempatnya melakukan job training, Hyatt Aryaduta Jakarta , wawasannya mengenai luar negeri makin luas karena bertemu berbagai macam orang, keinginannya ke luar negeri pun makin membumbung. Di tengah masa kerjanya pada 1984, seorang kawan mengajaknya untuk bekerja di kapal pesiar Belanda yang berlayar di Amerika. Ini tentunya menjadi kesempatan bagus baginya yang memang ingin sekali ke luar negeri. “Saat itu kawan saya mengajak saya kerja di Holland and America Lines, saya antusias sekali, akhirnya saya urus semua dokumen penting seperti paspor sendiri saat pulang di pagi hari, saya belum beritahu Ibu saya karena takut dilarang, setelah semuanya selesai saya kabari Ibu dan Alhamdulillah diizinkan,”katanya sambil tertawa. Setelah segala surat selesai akhirnya ia yang kini telah memiliki tiga orang anak ini berangkat untuk bekerja di kapal pesiar tersebut. Bukan main senangnya dia karena cita-citanya sejak masih duduk kecil terwujud. Harry memang senang dengan suasana baru memang sudah terbiasa karena saat kecil ia selalu mengikuti ayahnya yang seorang polisi berpindah-pindah. Di sana ia bertemu dengan lebih banyak orang dengan kewarganegaraan yang beragam, Filipina, Amerika, Belanda, Austria, dan Inggris. Wawasannya dan ilmunya mengenai dunia makin bertambah, tentunya ilmu di bidang perhotelannya juga berkembang. Pelajaran yang paling berkesan dan masih melekat dalam dirinya yang ia ambil selama bekerja di kapal pesiar tersebut adalah profesionalitas yang harus dijunjung tinggi serta cara pengambilan keputusan dengan cepat. “Profesionalitas sampai sekarang saya junjung tinggi, salah satu contohnya ketika saya berkomunikasi dengan Irfan (General Manager Savoy Homann Bidakara), ketika diluar saya bisa ngobrol bebas layaknya teman tapi kalau sudah kerja yah tahu posisi masing-masing. Selain itu saya dididik untuk mengambil keputusan dengan cepat namun berdasar analisis,” tambahnya. Dua tahun setelah bekerja di kapal pesiar mengarungi perairan di Amerika akhirnya ia kembali ke tanah air tepatnya 1986 dan meneruskan pekerjaan di bidang perhotelan hingga akhirnya pada 1997 ia bergabung dengan Hotel Bumi Karsa Bidakara yang satu grup dengan Savoy Homan Bidakara sebagai General Manager. Sembilan tahun masa kerjanya kemudian ia diangkat menjadi direktur di Bumi Karsa Bidakara pada 2006. Enam tahun kemudian di sinilah Harry berada, Hotel Savoy Homann Bidakara Bandung sebagai Direktur. Perjalanan yang sangat panjang hingga berada di posisi atas tentunya tidak diraihnya dengan gampang. Ia benar-benar berusaha dengan tekun dan yakin jika jalur perhotelan lah yang akan membawanya dalam posisi yang baik. Ia pernah sempat ingin berhenti berkarier di dunia perhotelan pada 1990 karena gaji dari tempatnya bekerja tidak dapat memenuhi biaya hidupnya sehari hari. Namun prinsipnya yang teguh pada satu pendirian membuatnya urung hati untuk keluar. Dengan berkomunikasi dengan rekan-rekan untuk mendapatkan tempat kerja lain akhirnya berbuah manis. Tidak hanya itu, selama ia bekerja selalu saja muncul godaan karena memang dunia tersebut terkenal dengan gaya hidup yang glamour dan bebas. Ia menyebutkan bahwa posisinya sekarang ini merupakan kehendak Tuhan, tapi tentunya dengan modal keterampilan dan minat yang tinggi dalam kariernya. Tidak neko-neko dan mencintai apa yang dikerjakan menjadi kuncinya dapat bersaing dan bertahan di dunia perhotelan. “Jika kita tidak bisa menahan diri, kita pasti bisa terbawa arus pergaulan tidak benar seperti itu. Passion yang didukung dengan Skill yang baik serta kecintaan terhadap pekerjaan membuat saya dapat bertahan hingga sekarang”katanya. Kini hingga lima tahun ke depan masa kerjanya di Savoy Homann Bidakara, ia ingin terus membawa Homann menjadi hotel yang diminati oleh para tamunya. Ia beserta seluruh awak yang dipimpinnya terus merapatkan barisan membentuk tim kerja yang solid dan bekerja sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas pelayanan hotel bernilai sejarah tinggi di Bandung tersebut.(k30/ija)
HARRY SATRIO: Passion, Cinta, dan Kehendak Tuhan yang Membuat Saya Bertahan
[caption id=attachment_314178 align=aligncenter width=600] (bisnis-jabar.com)[/caption]
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
13 jam yang lalu
Taruhan Besar di Saham Adaro Minerals (ADMR)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 hari yang lalu
OJK Gandeng FSS Korea Tingkatkan Pengawasan Sektor Keuangan
14 jam yang lalu