[caption id="attachment_258800" align="alignleft" width="300" caption="(rachman/bisnis-jabar)"][/caption] Saat seseorang terjun di bidang pekerjaan yang sesuai minat, bakat, atau “passion”-nya, tak perlu merasa aneh apabila orang tersebut ditanya apakah ada duka dalam pekerjaannya, dia menjawab tidak tahu atau tidak ada. Pekerjaan yang dijalani orang yang menjawab seperti itu mungkin aktivitas pekerjaannya sudah masuk ke dalam kehidupan atau kesehariannya. Adapun hal-hal yang tidak mengenakkan, itu hanya menjadi bumbu atau konsekuensi dari pekerjaannya. Itu pula yang dirasakan Director of Sales Grand Pasundan Convention Hotel Dian Radian. Cobalah tanya kepadanya, adakah duka yang dirasakannya selama terjun bekerja di dunia perhotelan. Dia salah satu contoh orang yang menjawab tidak tahu dan tidak ada. “Dukanya? [sejenak berpikir] ‘Duka atuh nya asa teu aya’ [bahasa Sunda yang berarti tidak tahu sepertinya tidak ada],” katanya seraya tertawa saat berbincang dengan bisnis-jabar. Dia mengungkapkan pengalaman-pengalaman tidak mengenakkan yang dirasakannya selama menjalani karier di dunia perhotelan adalah bagian dari pekerjaan. “Itu sesuatu yang harus kami terima dan harus bisa kami tangani,” ujarnya dengan mantap. Kesibukan-kesibukan yang dijalaninya seperti harus tetap ramah kepada orang lain bagaimanapun situasi dan kondisi psikologis pribadinya, atau kadang pulang hingga larut malam, dan lain sebagainya, baginya bukan sesuatu yang aneh. “Keluarga juga sudah tahu dan mengerti. Karena sudah cukup lama juga saya ada di sini [dunia perhotelan],” sebut pria kelahiran 1965 ini. Memang baru dua tahun pria kelahiran Tasik ini bergabung dengan Grand Pasundan sebagai director of sales. Namun untuk pengalamannya terjun di dunia perhotelan, bapak dua anak ini tidak perlu diragukan lagi. Dia telah terjun di dunia perhotelan sejak 1990. Dengan mengenyam pendidikan di Akademi Industri Pariwisata (Aktripa) Bandung, tak sulit baginya untuk memulai terjun di dunia perhotelan. Semasa job training pun Dian telah ditawari pekerjaan. Minatnya untuk terjun di perhotelan adalah sesuatu yang dia tidak sangka sebelumnya. Sempat tidak meneruskan beasiswa di Jepang untuk kuliah bidang teknik karena tidak betah, Dian mendapatkan tekanan dari keluarga untuk melanjutkan kuliah. “Saya cari nih, di mana saya bisa kuliah sambil bisa main dan senang-senang. Saya lalu masuk Aktripa, dan ternyata benar, di sana saya justru banyak mainnya,” ungkapnya. Sampai akhirnya dia memilih untuk bekerja di Hotel Victoria di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, bahkan sebelum dirinya diwisuda. “Jadi saya tidak hadir ke acara wisuda karena sudah kerja di Ujung Pandang,” katanya. Dia melanjutkan karena dosen di kampusnya kenal dengan pimpinan Hotel Victoria, tempat dia bekerja, ijazah itupun dikirim langsung ke Ujung Pandang. Dia pun melanjutkan pekerjaan di hotel tersebut yang dimulai dengan menjadi resepsionis. Seperti halnya orang-orang yang berkarier di bidang ini, Dian pun beberapa kali berpindah hotel dengan disertai peningkatan kariernya. Terus mencari tantangan yang lebih besar, menjadi motif Dian untuk memutuskan pindah dari satu hotel ke hotel lain. Terkait berpindah hotel dalam rangka mencapai karier yang lebih tinggi, Dian memiliki prinsip tersendiri. Baginya penting untuk menjaga nama baik dirinya dengan hotel, tempat dia bekerja sebelumnya, seperti yang dia jalani sekarang. “Jangan sampai kena blacklist [masuk daftar hitam] hotel. Karena orang-orang yang bekerja di bidang ini saling terhubung. AntarHRD [human resource development] pasti saling komunikasi. Kalau sudah di-blacklist, kami bisa tidak diterima dimana-mana,” sebutnya. Apa yang dialaminya saat ini adalah “buah” dari prinsip yang dia pegang. Kerap kali saat sebelum berpindah hotel, Dian sudah ditawari hotel lain. Pernah juga dirasakan saat keluar, Dian tak lama ditarik hotel lain. Bagian dari pengalamannya, Dian sempat memutuskan keluar dari pekerjaan di dunia perhotelan, saat itu dari salah satu hotel grup Panghegar, untuk memilih berwirausaha. Beberapa tahun Dian menjalankan bisnis event organizer. “Tidak lama saya balik lagi kerja di hotel karena mungkin ini sesuai dengan diri saya,” ungkap pria yang mengaku senang berinteraksi dan mengenali berbagai karakter orang ini. Satu hal yang diyakininya, yaitu setiap kesuksesan dari suatu perusahaan, dalam hal ini hotel, tidak akan lepas dari orang yang ada di belakangnya. Itu yang menjadi motivasinya untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya hingga sekarang. “Saya percaya, orang datang ke hotel mana tidak hanya karena lihat brosurnya tetapi juga mungkin karena kenal orangnya. Misalnya suatu menu dirasa enak, pasti yang ingin dicari tahu, siapa chief atau kokinya,” tuturnya dengan yakin. Dian mengaku belum memiliki target sampai kapan dirinya akan terus bekerja di dunia perhotelan. Dia akan bekerja sebaik mungkin di posisinya sekarang walaupun keinginan untuk berwirausaha tetap ada di dalam benaknya. (k4/yri)
DIAN RADIAN: Hati Saya Tertambat di Dunia Perhotelan
[caption id=attachment_258800 align=alignleft width=300 caption=(rachman/bisnis-jabar)][/caption]
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 hari yang lalu
OJK Gandeng FSS Korea Tingkatkan Pengawasan Sektor Keuangan
8 jam yang lalu