Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada sekitar 1997 silam berdampak pada banyak hal. Gaji sebagai pekerja saat itu seringkali belum cukup untuk memenuhi kebutuhan bahkan yang mendasar sekalipun. Seperti yang dialami Ifan Ustam, saat itu dia adalah seorang manager pada sebuah toko di salah satu pusat belanja di Kota Bandung. Pria ini lalu memilih memulai usaha. Bersama seorang teman wanitanya, Ifan memulai usaha berdagang busana muslim dengan memanfaatkan sisa waktunya di luar jam kerja. Mereka berusaha menyuplai busana muslim ke toko-toko pakaian di pasar, mulai dari daerah Majalaya-Kabupaten Bandung hingga merambah Purwakarta dan Cianjur. "Terkadang kami harus hujan-hujanan kalau naik motor," kata Ifan. Namun untuk mengirim barang dagangan ke luar kota mereka memanfaatkan mobil. Setelah merasa usahanya cukup berkembang, Ifan keluar dari pekerjaannya lalu menikah dengan sang wanita yang merupakan rekan bisnisnya. Memulai usaha lebih serius, mereka membuka konfeksi kecil-kecilan dengan 2 mesin jahit dan 1 mesin obras. Ifan mendapatkan modal awal berkat jerih payahnya berdagang baju muslim dari pasar ke pasar. Pada Mei 2000, Ifan mengontrak sebuah toko di Pasar Kosambi Bandung. Toko tersebut menjual busana muslim dan kerudung hasil produksi konfeksinya serta dilengkapi barang dagangan lain. Sebelum membuka toko di pasar tersebut, Ifan pernah melihat ada seorang non muslim berjualan baju muslim di sana. "Berarti ada peluang pasar untuk busana muslim," katanya. Itulah cikal bakal Fahira Busana Muslim Indonesia, toko busana muslim ternama yang saat ini telah berdiri sebanyak 4 cabang di Bandung. Fahira diambil dari nama anak pertama Ifan dan istrinya. Fahira dari Bahasa Arab artinya kebanggaan. Dengan nama tersebut Ifan mengharapkan usahanya terus berkembang. Pada awal usaha masih tersendat, namun lama kelamaan orang mulai percaya. Akhirnya, pria asal Padang ini menambah lokasi toko lagi di Pasar Kosambi. Pada 2003, ITC Kebon Kelapa Bandung selesai dibangun. Demi membesarkan usahanya, Ifan berani membeli 3 kios sekaligus yang dijadikan 1 toko. Ifan pernah mengalami masa-masa sulit pada saat Pasar Baru Trade Center Bandung selesai dibangun, orang banyak yang beralih belanja ke sana. Sehingga tokonya di ITC mengalami penurunan omzet 40%. Karenanya, Ifan lalu membuka toko di Pasar Baru Trade Center Bandung. Tak lama kemudian membuka toko sekaligus gudang di Jalan Otto Iskandardinata Bandung yang sekarang menjadi pusat Fahira Busana Muslim Indonesia. Dikarenakan berbagai alasan seperti pasar yang jorok, Ifan menutup tokonya di Pasar Kosambi pada 2009. Jadi saat ini Fahira Busana Muslim Indonesia terdapat di Jalan Otto Iskandardinata, Pasar Baru Trade Center, ITC Kebon Kelapa dan MD Plaza Bandung. Untuk produksi, Ifan telah memiliki 2 garmen di Bandung dan Tasikmalaya untuk memenuhi pasokan busana muslim dan kerudung. Dalam seminggu busana muslim yang diproduksi mencapai 2 hingga 3 kodi, sedangkan menjelang lebaran dalam seminggu menghasilkan 5 kodi. Produksi kerudung terbilang lebih banyak yaitu 500 kodi per minggu pada hari biasa, sedangkan menjelang puasa mencapai 1.000 kodi per minggu. Toko busana muslim ternama milik Ifan tersebut dapat mempekerjakan 8-45 karyawan dalam 1 cabang. Sedangkan masing-masing garmen memiliki lebih dari 15 karyawan. Meski menyasar kalangan menengah ke bawah dan harganya terjangkau, Fahira tetap menghadirkan produk dengan kualitas bagus. Sesuai tagline Gaya Muslim Islami, Ifan membuka usaha ini untuk memberikan sesuatu bagi umat muslim, terutama agar umat muslim dapat berpakaian Islami namun tetap modis. "Saya ingin semakin banyak masyarakat yang bisa merasakan produk Fahira," tambahnya. Ingin Membangun Sistem Ifan Ustam masih ingin terus membesarkan nama Fahira Busana Muslim Indonesia. Dia ingin menciptakan sistem bisnis yang kuat sehingga usahanya dapat diwariskan kepada anak cucu. Pria yang lahir di Padang, 9 Oktober 1970 ini sejak tamat SMA sudah memiliki keinginan untuk menetap di Kota Bandung yang dulu terbilang sejuk. Namun karena biaya kuliah di Bandung terlampau tinggi, Ifan memilih kuliah di Padang dengan mengambil D3 Akutansi. Sang istri sangat setia mendampingi perjuangannya. Terbukti hingga saat ini sang istri masih membantu usahanya dengan merancang busana muslim yang akan diproduksi. Bapak 2 anak ini menginginkan agar perusahaan yang dibangun dapat konsisten berdiri sendiri misalnya dalam hal manajemen. Dari situlah perusahaan bisa go public dengan adanya sistem yang telah tercipta. Adanya kemauan dan usaha keras membuat Ifan berhasil dalam mengembangkan usahanya sekarang. Kerja keras Ifan benar-benar telah membuahkan hasil. Omzet Fahira kini mencapai Rp1 miliar-Rp2 miliar per bulan pada hari biasa sedangkan saat Ramadan mencapai Rp5-6 miliar. Untuk menghadapi persaingan, Ifan menekankan perlunya kreatifitas. Meski menyasar kelas menengah bawah, pria ini tetap memperhatikan tren mode dunia. Ciri khas produk di Fahira yaitu terdapat sentuhan bordir dan payet. Meski untuk jenis tertentu ciri ini tidak dapat ditemui. Namun sebagian besar produknya memiliki ciri ini. Jika berkunjung ke Fahira, tak hanya busana muslim wanita atau baju koko yang ditemui. Fahira terbilang lengkap karena menyediakan pula aneka aksesoris serta perlatan sholat. (k60)
Ifan Ustam, Ciptakan Busana Muslim Untuk Semua Kalangan
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada sekitar 1997 silam berdampak pada banyak hal. Gaji sebagai pekerja saat itu seringkali belum cukup untuk memenuhi kebutuhan bahkan yang mendasar sekalipun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 hari yang lalu
OJK Gandeng FSS Korea Tingkatkan Pengawasan Sektor Keuangan
8 jam yang lalu