Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SUKHOI JATUH: Ini dia sebab-sebab Sukhoi tabrak Gunung Salak

Oleh Berliana Elisabeth S

Oleh Berliana Elisabeth S JAKARTA: Beragam spekulasi penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 beredar di sejumlah media. Banyak pihak yang mendadak menjadi pakar penerbangan dengan berkomentar layaknya investigator penerbangan. Sehari pasca- peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia yang berpenumpang 45 orang termasuk kru ini, muncul selentingan soal  telepon selular (HP) penumpang diantaranya dua orang wartawan majalah Angkasa yang masih aktif. Ini langsung dibantah oleh  manajemen Angkasa. Selain kasus HP, ada lagi masalah lain yang diprediksi menjadi penyebab kecelakaan karena air traffic control (ATC) atau pengelola lalu lintas penerbangan mengizinkan pilot Sukhoi menurunkan ketinggian pesawat dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki, padahal Gunung Salak yang ditabrak pesawat itu tingginya mencapai 7.000 kaki. Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S. Gumay mengatakan pihaknya mendengar memang pilot Sukhoi meminta izin untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki menjadi 6.000 kaki. Level ketinggian 6.000 kaki di atas Lapangan Udara Atang Sanjaya ini dinilai aman, oleh ATC diperbolehkan turun ke 6.000 kaki. “Pesawat yang jatuh ini merupakan penerbangan kedua dari jadwal Sukhoi SJ 100 dalam rangka demo terbang promosi. Pada penerbangan pertama pukul 11.30 WIB berjalan lancar. Yang kedua, pukul 14.21 WIB terbang dari Halim ke arah Bogor, pada saat jam 14.33 WIB kehilangan kontak dan berada di posisi di atas Gunung Salak,”kata Herry. Dijelaskan pada saat hilang kontak, kondisi cuaca di sekitar Gunung Salak sedikit tertutup awan dengan jarak pandang 4.000 meter. Mengenai pilot yang menerbangkan pesawat Sukhoi Superjet 100, dinilai sudah terlatih karena memang merupakan pilot tes untuk pesawat-pesawat baru. Pilotnya berkebangsaan Rusia, sedangkan pilot Indonesia belum ada yang mengantongi sertifikasi terbang dengan Superjet 100. Ketua Federasi Pilot Indonesia Hasfrinsyah mengatakan kemampuan pilot Sukhoi Superjet 100 membawa pesawat tidak perlu diragukan lagi. Pilot ini merupakan pilot tes, sehingga kemampuannya di atas rata-rata karena dipilih sebagai pilot untuk menerbangkan pesawat-pesawat baru, adaptasinya lebih cepat. Dia menambahkan banyak yang mengatakan mengapa ATC mengizinkan pilot menurunkan pesawatnya ke 6.000 kaki di saat posisi pesawat di atas Gunung Salak yang tingginya 7.000 kaki. “Belum ada yang bisa menjawab pilot diizinkan atau tidak. Namun, kata Ketua Umum Indonesia Air Traffic Control Association (IATCA) Susila, pilot tidak meminta izin untuk turun ke 6.000 kaki. Nah, kok bisa beredar pilot minta turun,” tuturnya. Hasfrinsyah mengatakan berdasarkan pengalamannya sebagai pilot, untuk Joy Flight,  demo terbang untuk kegiatan promosi, seperti yang dilakukan Sukhoi SJ 100 ini, terbang hanya menggunakan visual flight rules (VFR), sehingga perlu terbang rendah di bawah 10.000 kaki agar penumpang dapat melihat pemandangan. “Dalam Joy Flight, biasanya pilot menggunakan VFR, terbang lebih rendah, agar penumpang bisa menikmati pemandangan di luar sekaligus di dalam pesawat disuguhkan paparan mengenai keandalan dan kenyamanan pesawat tersebut,” tuturnya. Namun, dalam penerbangan menggunakan VFR, ketentutannya, cuaca tidak berkabut dan tidak ada rintangan. Begitu ada rintangan instrument di kokpit pesawat dilengkapi alat peringatan yakni Ground Proximity Warning System (GPWS) akan hidup, dan langsung mengeluarkan suara peringatan yang meminta pilot menaikkan ketinggian pesawatnya. “Yang perlu dipertanyakan, GPWS nya hidup tidak pada saat terjadi tabrakan dengan tebing di Gunung Salak. Alat ini akan tetap hidup meskipun pilot menggunakan VFR. Dan yang perlu dipertanyakan lagi, apakah pesawat ini jatuh atau menabrak. Ini yang harus dibuktikan melalui investigasi,” ucapnya. Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengatakan investigasi kecelakaan pesawat biasanya membutuhkan waktu satu tahun pasca kejadiaan, karena harus melalui sejumlah tahapan sesuai atutran International Civil Aviation Organization (ICAO).(jibi/bisnis/yri)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper