Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EDDY D. ISKANDAR: Film Indonesia yang berkultur akan mendunia

Oleh Abdalah Gifar

Oleh Abdalah Gifar Geliat produksi film di Tanah Air tengah menunjukkan tren positif. Hal ini dilihat dari jumlah film yang terus meningkat. Walaupun film-film “gurem” yang mengangkat horror dan sensualitas masih menghiasi bioskop Indonesia, film anak bangsa yang digarap dengan serius dan bertanggung jawab pun jumlahnya tidak sedikit. Namun pandangan berbeda muncul dari seorang pegiat film dari Bandung, Eddy D. Iskandar. Jumlah film Indonesia yang semakin bertambah, dalam pandangannya, makin tak menunjukkan cita rasa Indonesia. “Secara umum, film Indonesia itu makin ke sini, kultur Indonesianya makin berkurang,” ungkapnya saat dijumpai di kantor Mingguan Sunda Galura. Sutradara Film “Si Kabayan Saba Kota” ini berpandangan, film Indonesia saat ini lebih banyak menampilkan latar cerita yang umum, tanpa ada pendalaman sosial, apalagi budaya. “Kita tidak bisa merasakan kultur yang dibangun dalam filmnya. Saat kita menonton, dipikiran kita akan muncul penolakan. Kayanya [realitas yang difilmkan] tidak seperti itu [pada kenyataannya],” papar Pemimpin Redaksi Galura ini. Film Indonesia dalam perspekti seorang Eddy D. Iskandar yaitu film yang menampilkan kearifan lokal atau kekayaan alam ataupun budaya daerah di Indonesia. Ia menyebut film yang sukses merepresentasikan Indonesia misalnya adalah film “Laskar Pelangi”. “Kita yang menonton film itu bisa meresapi dan merasakan bahwa itulah Indonesia, bagian dari Indonesia,” ujarnya. Untuk menciptakan karya semacam itu, yang akan sangat berperan menurutnya adalah kualitas pembuatnya. Di titik itulah Ketua Umum Festival Film Bandung ini menyebut perbedaan sineas tempo dulu dan masa kini. “Pembuat film masa lalu, bergaul dengan berbagai bidang seni, apalagi latar belakang sutradaranya rata-rata adalah dunia teater. Kalau pembuat film sekarang terlihat hanya bergaul dengan sesama pembuat film lagi,” terangnya. Lanjutnya, kedalaman riset, kemampuan teknis, dan keberanian menuturkan realitas menjadi penentu berkualtisnya suatu film. Ia pun mencontohkan Film “The Mirror Never Lie” karya Kamila Andini yang mengangkat cerita tentang suku Wakatobi. Terbukti film ini cukup menarik perhatian sinema dunia. “Festival luar negeri pasti mencari atau mengapresiasi film yang mewakili keunikan asal bangsanya,” sebutnya. Selain memang ada pula film yang perlu mengangkat cerita global untuk kepentingan komersial secara global. Pernyataan itulah yang keluar saat penulis novel “Gita Cinta dari SMA” ini dimintai pendapat tentang film Indonesia berjudul “The Raid” yang berhasil didistribusikan ke seluruh dunia. “Itu adalah jenis film yang berbeda,” ucapnya. Anda pun mungkin sudah atau akan tahu, film tersebut secara apik menampilkan bela diri khas Indonesia, silat. (m03/yri)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper