Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahu bulat 'TB NVL' dari Tasikmalaya yang kian eksis

(bisnis-jabar.com)Selama ini kita kenal bentuk tahu persegi empat. Ukurannya ada yang kecil ada yang besar sesuai dengan harganya. Yang kecil agak murah dan yang besar agak mahal. Nah di tangan pengusaha keluarga yang menami perusahannya TB NVL, tahu-tahu itu bentuknya jadi bulat.
(bisnis-jabar.com)
(bisnis-jabar.com)

(bisnis-jabar.com)Selama ini kita kenal bentuk tahu persegi empat. Ukurannya ada yang kecil ada yang besar sesuai dengan harganya. Yang kecil agak murah dan yang besar agak mahal. Nah di tangan pengusaha keluarga yang menami perusahannya TB NVL, tahu-tahu itu bentuknya jadi bulat. Tidak mau dikatakan menyebrang dari bentuk maintsream, tahu-tahu itu bisa bergelinding seperti bola pingpong. Rasanya so pasti, asin, gurih dan renyah. Sebelum digoreng tidak harus ditambah bumbu-bumbu terlebih, karena dalam proses pembulatan sudah diaduk dengan resep-resp khusus. Meski bukan yang pertama membuat tahu bulat, TB NVL bisa dikatakan yang pertama kali mempopulerkannya. Untuk daerah Jawa Barat antara lain, Garut, Bandung, Bekasi dan  Cikarang. Demikian juga daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain Surabaya, Lamongan, Kediri, Jogja, Solo dan Semarang, menjadi salah satu pasar tetapnya. Tahu Bulat (TB) NVL, mulai buka usaha sejak tahun 2005, membuka workshop di Jalan Cieunteung Gede, No.45 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Dirikan oleh tiga orang saudara, Tdi Kurnia dan Windawati (suami isteri) dan Hendriyana, Sos yang kini menjabat pemasaran. Proses membuat tahu bulat bisa dikatakan gampang-gampang susah. Dikatakan gampang karena proses membuatnya tidak terlalau rumit, dengan alat sederhan sudah bisa produksi. Dikatakan susah, karena bahan baku sejak bentuk kedelai harus berkualitas bagus. Para perajin tahu, paling banyak menggunakan kadelai impor. Meski sebenarnya kedelai lokal pun tetap bisa digunakan, namun selain harga mahal juga pengolahan harus lebih teliti. Kadelei lokal banyak sampahnya dan merepotkan para pembuat tahu di pabrik, waktupun jadi lama sehingga tidak efektif. Selain itu, kadar air yang digunakan tahu harus benar-benar steril. PH air, kadar garam juga kandungan lainnya harus diperiksa terlebih dahulu di  labolatorum. Jika air sembarangan tahu yang sudah dibulatkan akan cepat rusak, cepat basi dan warna kekuning-kuningan. TB Noval belum punya pabrik sendiri. Proses pembuatan setengah jadi, yakni dalam bentuk tahu balok sekitar 10 CM2 dimaklunkan di pabrik yang berlokasi di Ciamis, sekitar 15 km dari Kota Tasikmalaya. Menjadikan tahu, sejak bentuk kedelai hingga bulat, memakan waktu setengah hari. Pagi hari kedelai digiling di Ciamis, sekitar jam 14:00 dikirim ke Kota Tasikmalaya dan kemudian diolah. Cara pembulatan sederhana, masih menggunakan tangan dengan karyawan sebanyak 60 orang. Tahu dalam bentuk balok-balok ukuran 15 CM2 itu kemudian masuk mesin perasan. Tujuannya agar kandungan air dalam tahu terbuang. Berikutnya masuk kedalam mesin penghancuran. Di sinilah, dua mesin pencampur ukuran sekitar 1 meter digunakan, sembari melumatkan, bumbu-bumbu rahasia dimasukkan. Setelah dianggap lumat dan menghasilkan adonan pas, tahu dituangkan ke dalam jolang-jolang besar. Kemudian dialihkan ke ruangan pembulatan. Ibu-ibu bertugas sebagai pembulat. Mereka diupah Rp8 per butir. Setelah tahu terkumpul dalam nampan (nyiru) lalu disimpan di rak tanpa kipas tanpa pengering. Tujuannya  agar uap-uap yang masih ada dalam tahu sudah bulat itu tidak terbawa kedalam kemasan plastik. Giliran petugas bungkus yang bekerja. Mereka mengemas tahu 10 butur dalam satu kemasan yang sudah diberi merk. Ada sekitar 6 orang di sini. Mereka bertugas mengepak kemasan ke dalam dus-dus mie instan yang sudah diberi nama, tujuan yang akan dikirim. Sekitar pukul 17.00, barulah tahu-tahu itu dikirim. Dari pabrik dikampas dengan mobil bak milik TB NVL, melalui Stasiun KA Tasikmalaya bila tujuan pengiriman ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan melalaui PO bis, bila tujuannya daerah barat, Jakarta, Bandung dan Jakarta. “Mungkin yang tersulit dalam proses pengiriman. Selain harus cepat, alamat tujuan juga harus benar-benar tepat, termasuk koordinasi dengan pemesan di alamat tujuan. Tak jarang, kiriman tidak sampai, nyasar entah ke mana. Kalau demikian, terpaksa kita yang rugi dan harus mengganti,” terang Hendriyana. Beberapa bulan terakhir, produksi tahu bulat mengalami penurunan karena order mulai berkurang. Sehari paling hanya 1,5 ton kedelai atau sekitar 100.000 potong tahu bulat. Harga di konsumen akhir satu tahu Rp300 atau terserah para penjual. Sebelum produksi berkurang katanya, sehari bisa memproduksi tahu menghabiskan 2,5 ton kedelai. TB NVL, dirikan sejak tahun 2005. Saat itu terang Hendriyana, mengeluarkan modal pertama sekitar Rp5 juta dan 4 orang karyawan. Uniknya, tahu bulat ini labih banyak dipesan dari konsumen luar kota, sementara di dalam Kota Tasikmalaya hanya sekadar pesanan oleh-oleh dan konsumsi rumah tangga. Selama ini, pemasaran didukung jejaring sosial selain dari mulut kemulut. Ke depan, sang pemilik berharap memiliki pabrik tahu tersendiri yang bisa bertahan dalam jangka panjang. Hal ini karena rata-rata industri rumahan di Tasikmalaya jarang bertahan lama, disebabkan SDM pengelola kurang maksimal. Ia bertekad mematahkan hal itu, sehingga tahu bulatnya semakin berkembang. (k55/ajz)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper