Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SINGAPORE AIRSHOW: Kapan Indonesia menggelar ajang serupa?

[caption id=attachment_146524 align=alignleft width=300 caption=ilustrasi (reuters)][/caption]
ilustrasi (reuters)
ilustrasi (reuters)

[caption id="attachment_146524" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi (reuters)"][/caption] Melihat gempita Singapore Airshow yang berlangsung sejak 14 Februari hingga 19 Februari, timbul pertanyaan mengapa pemerintah dan entitas bisnis Indonesia tidak menggelar acara serupa di Tanah Air. Indonesia pernah menggelar pameran dirgantara yang dilabeli dengan nama Indonesia Airshow pada 1986 di Kemayoran, Jakarta dan pada 1996 di Bandara Soekarno Hatta. Krisis moneter yang melanda pada periode 1998 menyebabkan kegiatan serupa belum pernah digelar lagi. Sejak periode awal 2000 an pemerintah baru menggelar pameran pertahanan dalam skala terbatas. Indonesia jelas memiliki kemampuan untuk menggelar pameran sejenis bahkan bisa dikombinasikan dengan pameran pertahanan. Negara tetangga lainnya yaitu Malaysia secara rutin, setiap 2 tahun sekali menggelar Pameran Maritim dan Udara Antarabangsa Langkawi atau yang dikenal dengan Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA). Mengapa kita tidak ? Memang Bandara Soekarno-Hatta sedang sibuk dan akan menjalani perluasan menjadi aerotropolis (bandara yang memiliki kelengkapan seperti kota) sehingga penggunaan tempat pameran bisa saja menggunakan bandara lain. Sebut saja, Bandara Ngurah Rai Bali yang sedang dalam proses perluasan dan ditargetkan  mulai berfungsi penuh pada 2013.  Bandara Kuala Namu di Medan yang ditargetkan mulai beroperasi pada akhir tahun ini atau Polonia yang akan dihentikan setelah bandara baru beroperasi. Selain itu, Bandara  Selaparang di Lombok yang fungsinya dialihkan ke Bandara Internasional Lombok juga bisa dimanfaatkan menjadi tempat Indonesia Airshow. Pameran ini bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan lokasi wisata, bandara baru yang dibangun oleh pemerintah maupun rencana penggunaan bandara lama.  Selain meningkatkan minat terhadap dirgantara,  skala ekonomi Indonesia Airshow bisa dibangun dengan berdasarkan transaksi bisnis. Ini terlihat jelas ketika pembeli Indonesia terlihat jelas mendominasi transaksi dalam Singapore Airshow  Lihat saja, PT Garuda Indonesia Tbk menyepakati pembelian 6 pesawat jet penumpang Bombardier CRJ100 dari Bombardier Aerospace Kanada senilai US$297 juta. Nilai ini bisa berkembang menjadi US$1,32 miliar karena Garuda memiliki opsi menambah pembelian menjadi 18 unit pesawat. Selanjutnya, PT Lion Mentari Airlines membeli 201 pesawat Boeing 737 MAX dan 29 pesawat. Next Generation 737-900ERs senilai US$22,4 miliar dari Boeing Co, Amerika Serikat. NiIai transaksi ini masih akan bertambah apabila Lion Air menggunakan opsi pembelian tambahan 150 pesawat. Selain itu Lion Air juga membeli 27 pesawat ATR72-600 turboprop senilai US$610 juta dari perusahaan gabungan Prancis dan Italia yaitu Avions de Transport Regional (ATR). Pesawat ini rencananya akan diintegrasikan dan dioperasikan oleh perusahaan afiliasi Lion Air yaitu Wings Abadi Airlines atau lebih dikenal dengan Wings Air. Kementerian Pertahanan Indonesia dan Airbus Military menandatangani kontrak pembelian sembilan pesawat transpor militer C-295 senilai US$325 juta. Pesawat tersebut akan berubah kode menjadi CN-295 yang menandai proyek kerja sama pembuatan pesawat ini dengan PT Dirgantara Indonesia.  Selain itu, Indonesia memiliki industri dirgantara dan militer yang mulai berkembang. Rencana belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista) senilai Rp156 triliun pada periode 2010 hingga 2014 tentunya banyak menyasar ke pesawat tempur, pesawat latih tempur, pesawat transpor maupun pesawat komersial. Ajang pameran ini bisa dijadikan tempat promosi produk PT Dirgantara Indonesia seperti CN-235, CN-295, N-219, dan termasuk juga rencana pembuatan jet tempur KFX/FX oleh PT Dirgantara Indonesia dan Korea Aerospace Industry. Calon peserta pameran sudah tentu bisa dipastikan berdasarkan kepentingan dan peluang bisnis. Airbus Military, European Aeronautic Defence and Space Company (EADS) NV, Boeing,  Bombardier, Embraer Defence SystemBrazil, Sukhoi, Korea Aerospace Industry dan sejumlah perusahaan penerbangan lainnya bisa menjadi peserta aktif mengingat besarnya transaksi bisnis yang dilakukan di Tanah Air. Embraer jelas mengincar pasar di Indonesia setelah sukses menjual 16 pesawat latih tempur jenis counter insurgency (COIN) EMB-314 Super Tucano ke Indonesia. Perusahaan itu juga memiliki kepentingan menyasar orang kaya di Indonesia dengan menjual varian jet pribadinya, Legacy yang terdiri dari beberapa seri. Sukhoi jelas mengincar pasar militer dan komersial di Tanah Air. Setelah sukses menjual 6 SU-27 SKM Flanker dan 10 SU-30 MK2, sudah beredar rencana pembelian SU-35S (Flanker-E) oleh TNI AU. Selain itu, Sukhoi, Civil Aircraft juga berupaya menjual pesawat jet komersial Sukhoi Superjet 100 (SSJ100). Selanjutnya, produsen helikopter asal Rusia yaitu Kazan Helicopter Product Production Association  tentu berupaya melebarkan sayap bisnisnya   setelah menjual 5 unit helikopter serbu MI-35P dan 12 unit helikopter angkut militer MI-17 V5 ke TNI AD. Tidak ketinggalan juga  Hughes Helicopters AS juga memiliki kepentingan untuk merealisasikan transaksi penjualan helikopter serbu Apache AH-64 yang rencananya akan dbeli oleh TNI AD. Produsen senjata maupun dirgantara dari China juga perlu diundang mengingat TNI AU juga menggunakan rudal panggul anti serangan udara Qian Wei (QW-3). Selain itu, sudah puluhan kapal perang TNI AL juga menggunakan rudal C-705. Selanjutnya, TNI AD juga menggunakan produk artileri pertahanan udara, rudal Grom buatan Mesko Skarzyko-Kamienna, perusahaan senjata asal Polandia. Masih ada sejumlah industri dari negara lain seperti Prancis, Swedia, Serbia untuk ikut berpartisipasi. Indonesia memiliki daya tawar yang tinggi untuk mengundang sejumlah perusahaan penerbangan maupun industri senjata dirgantara dalam Indonesia Airshow yang perlu digelar secara rutin dalam jangka waktu tertentu.  (fsi)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler