Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pencari kerja di Jabar harus miliki safety passport

BANDUNG (bisnis-jabar.com): Para pencari kerja di Jabar kini harus mengikutsertakan safety passport, sebagai persyaratan melamar sekaligus  memperbesar peluang diterima perusahaan pencari kerja.

BANDUNG (bisnis-jabar.com): Para pencari kerja di Jabar kini harus mengikutsertakan safety passport, sebagai persyaratan melamar sekaligus  memperbesar peluang diterima perusahaan pencari kerja. Safety passport adalah program latihan awal untuk keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dirancang untuk semua pekerja. Tujuannya untuk meyakinkan tenaga kerja di industri telah mendapatkan pelatihan K3 dan telah dinilai kompetensinya, sehingga ada jaminan saat melakukan pekerja yang memiliki potensi membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain. Ferry Benzon, Kepala Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bandung Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,  mengatakan perusahaan di luar negeri sudah menjadikan safety passport sebagai syarat utama bagi pencari kerja. Hal ini berbeda dengan di Indonesia yang persyaratan utamanya hanya  administrasi kependudukan dan pendidikan. “Syarat yang ditanyakan pertama kali adalah apakah pelamar memiliki safety passport, dengan begitu peluang diterima akan lebih besar,” ujarnya. Menurut Ferry, perusahaan-perusahaan di Tanah Air belum terlalu aware terhadap safety pasport. Tak heran, apabila tingkat kecelakaan kerja Indonesia merupakan yang tertinggi ke dua di dunia setelah Rusia. Pekan ini, Disnakertrans Jabar ikut memfasilitasi gratis sertifikat safety passport ke 5.000 siswa SMA dan SMK yang ada di Jabar. Biasanya, diperlukan biaya sekitar Rp1.7 juta untuk mendapatkan safety passport ini. “Even hari ini yaitu safety passport untuk ribuan siswa sekolah merupakan yang pertama kalinya di Indonesia, dan segera diikuti oleh provinsi lainnya. Ini membuktikan kepedulian pemprov sudah terbentuk,” katanya. Selain itu, lanjutnya, balai tersebut juga mengusulkan supaya budaya K3 atau safety passport ini dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. Dia mengakui, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang hingga saat ini belum memasukkan K3 ke dalam kurikulum pendidikan. Padahal, lanjutnya, hal itu penting untuk membentuk budaya K3 dan mengubah pola pikir masyarakat mengenai pentingnya keselamatan kerja. (MSU)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ajijah
Editor : Ajijah

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper