Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

21 Praja IPDN yang Meninggal Periode 1993-2011! (Bag.1)

oleh Herdiyan dan Muhammad Sufyan

oleh Herdiyan dan Muhammad Sufyan BANDUNG(bisnis-jabar.com): Kematian Rinra Sujiwa Syahrul Putra (19), praja tingkat tiga Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Sumedang, awal pekan ini menambah kelam kampus tersebut. Sebelum meninggalnya putra dari Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo itu, sejumlah kasus praja yang tewas juga pernah terjadi dengan penyebab beragam (mulai dari sakit yang memang diderita, aborsi, hingga aksi kekerasan). Inilah daftar 21 korban meninggal praja IPDN periode 1993-2011 yang tercatat di berbagai media massa yang dihimpun bisnis-jabar.com: 1. Aliyan Jerani (1993) Praja Madya asal Kalimantan Barat ini tewas pada 8 Mei 1993 karena dipukul pengasuhnya setelah terjatuh di Barak Bengkulu. 2. Gatot (1994) Praja Madya Gatot, kontingen Jawa Timur, meninggal saat mengikuti latihan dasar kemiliteran. Di dadanya ditemukan bekas kebiru-biruan, dan tulang dada retak. 3. Alfian (1995) Pada 1995, Praja Madya yang mewakili kontingen Lampung ini meninggal karena kepalanya pecah. 4. Fahruddin (1997) Praja Madya Fahruddin, kontingen Jawa Tengah, meninggal pada 1997 tanpa sebab yang jelas. Pihak STPDN (saat ini berganti nama menjadi IPDN) mencegah jenazahnya divisum. 5. Edy (1999) Dua tahun berikutnya, giliran Praja Madya Edy, meninggal dengan alasan belajar sepeda motor saat praktik kerja lapangan (PKL). Pihak STPDN menolak jenazahnya divisum. 6. Arizal (2000) Kemudian pada 25 Juli 2000, Arizal, Praja Madya asal Sulawesi Selatan, meninggal di Danau Toba. Jenazahnya tidak boleh dilihat. 7. Purwanto (2000) Pada 2000, Praja Madya Purwanto, kontingen Jawa Tengah, meninggal dunia setelah lulus dengan dada retak. 8. Obeth Nege Indow (2000) Di tahun yang sama, Praja Madya Obeth Nege Indow, kontingen Papua meninggal dunia di tempat kos. Dia muntah darah dan dada retak. 9. Eri Rahman (2000) Pada 3 Maret 2000, praja asal Jawa Barat Eri Rahman meninggal karena dipukuli tujuh orang seniornya. 10. Utari Mustika (2000) Pada 15 Juni di tahun yang sama, Nindya Praja Utari Mustika, kontingen DKI Jakarta, meninggal setelah mengalami pendarahan akibat aborsi. (bersambung)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper