Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Membuat game itu mudah

BANDUNG (bisnisjabar.com): Mayoritas masyarakat mengira membuat aplikasi permainan (game) bukanlah perkara mudah seiring dengan tingkat kerumitan dalam proses pembuatannya jauh berbeda dibandingkan ketika game itu bisa dinikmati khalayak pengguna.

BANDUNG (bisnisjabar.com): Mayoritas masyarakat mengira membuat aplikasi permainan (game) bukanlah perkara mudah seiring dengan tingkat kerumitan dalam proses pembuatannya jauh berbeda dibandingkan ketika game itu bisa dinikmati khalayak pengguna. Untuk menghadapi berbagai kerumitan dalam proses pembuatan game itu, biasanya dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor teknis maupun nonteknis, mulai dari penguasaan ilmu pengetahuan, ketelitian, hingga kecepatan yang dimiliki sang perancang aplikasi. “Pasti sudah tertanam di dalam diri mayoritas masyarakat bahwa membuat game itu sangat rumit sehingga mereka malas untuk melakukan itu,” kata Fahma Waluya Rosmansyah, salah satu perancang aplikasi game cilik yang berhasil mengharumkan nama bangsa dengan memperoleh penghargaan di ajang 10th Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) 2010 di Malaysia beberapa waktu lalu. Akan tetapi, anak berusia 12 tahun ini memiliki visi untuk mengubah paradigma yang sudah tertanam di benak masyarakat sejak bertahun-tahun itu. Dia berpikir aktivitas membuat game sama serunya dengan bermain game. Dengan demikian, kata dia, setiap orang harus bisa membuat game karena pada dasarnya tantangan yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan pada saat bermain game. Konsep yang dia pegang sejak sekitar tiga tahun lalu itu diwujudkannya dengan rajin membuat game. Setidaknya hingga saat ini lebih dari 20 game telah berhasil ditelurkan siswa kelas 1 SMP Salman Alfarisi Bandung ini. “Memang ternyata membuat aplikasi game itu sangat seru, sama asyiknya dengan ketika bermain game di komputer atau di handphone,” ujar anak kelahiran Bandung, 27 Mei 1998 ini. Di samping itu, latar belakang Aa—sapaan akrabnya di keluarga—rajin membuat game adalah minimnya aplikasi permainan yang murni untuk kalangan anak-anak, terutama game di ponsel. Padahal, jumlah pengguna ponsel di seluruh dunia hingga pertengahan tahun ini telah mencapai lima miliar orang. “Mayoritas game yang dipasarkan saat ini untuk kalangan 18 tahun ke atas sehingga sangat riskan untuk dimainkan oleh anak-anak karena dikhawatirkan pola pikir anak-anak belum mampu untuk menjangkaunya,” tegas anak yang bercita-cita menjadi dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. Kehebatan Aa dalam mengutak-atik komputer bukan tanpa asal-muasal. Menurutnya, ketertarikannya akan dunia animasi dan game dipicu dari mimpinya menjadi seorang animator dan programer setiap dia menonton animasi atau main game. “Jadi, setiap saya nonton animasi atau lihat game saya bermimpi kalau saya yang buat. Saya bilang sama ibu, seru kelihatannya kalau saya bisa buat animasi atau aplikasi sendiri,” katanya dengan penuh percaya diri. Dari situlah, Aa kemudian mulai belajar mendesain dan membuat aplikasi edukasi. Berawal dari buku pemberian ayahnya, Aa kemudian serius menekuni hobi barunya. “Dari kelas 4 SD saya mulai belajar membuat aplikasi. Awalnya coba-coba sendiri di komputer. Terus diberi buku panduan oleh ayah. Dari membaca buku lalu coba-coba lagi. Akhirnya tahu shortkey. Akhirnya bisa membuat aplikasi, animasi, dan presentasi," ungkapnya. Bahkan, ‘aktivitas’ membuat game yang rutin dijalaninya bertahun-tahun itu membawanya bersama adiknya, Hania Pracika Rosmansyah, menerima penghargaan dalam beberapa lomba yang diikutinya, antara lain, juara pertama untuk kategori best secondary student project dalam ajang APICTA 2010, juara pertama dalam ajang INAICTA (Indonesian Information and Communication Technology Award) 2010, dan juara pertama kategori challenging IWIC (Indosat Wireless Innovation Contest) 2010. Salah satu game menarik yang berhasil diciptakannya adalah English for Kids (ENRICH). Permainan yang ditujukan untuk anak-anak ini berisi 50 vocabulary bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Untuk memudahkan pengguna dalam mengingat materi yang ada di dalamnya, disertakan pula gambar dan suara. Selain digunakan untuk permainan, ENRICH diharapkan bisa memberikan edukasi kepada para pengguna. Begitu pula dua aplikasi game lainnya, yakni Matematika untuk Anak Pintar (MANTAP) dan Belajar Huruf, Warna, dan Angka (BAHANA). Sama halnya dengan ENRICH, kedua itu memiliki dua fungsi, yakni hiburan dan edukasi. “Yang membanggakan adalah singkatan [game] BAHANA diperoleh khusus dari Dirjen Aplikasi Telematika [Cahyana Ahmadjayadi],” sambungnya. Di samping itu, beberapa game yang berhasil diciptakannya, antara lain Dress up Mania, Tata Surya, Roket, Need for Slowness, Shoot the Mushrooms, Doa Usaha Ikhlas Tawakal (DUIT), Doa Anak Yatim, Asmaul Husna, dan Alphabet Asteroids. Dia mengungkapkan sebenarnya aplikasi yang telah dihasilkannya lebih dari 20 aplikasi. Aplikasi yang tersimpan hanya sekitar 12 buah. “Sebenarnya banyak, tapi yang lain ada yang tidak tersimpan di komputer dan ada juga laptopnya rusak sehingga game-game itu hilang,” ujarnya. Ada satu hal yang menarik di dalam diri Aa, yakni keahliannya membuat aplikasi hanya dalam kurun waktu kurang dari 10 menit. Dalam beberapa kesempatan tampil live di salah satu stasiun televisi swasta, anak sulung dari pasangan Yusep Rosmansyah dan Yusi Elsiano ini berhasil mendemokan proses membuat game hanya beberapa menit. “Bahkan, ketika dalam APICTA 2010 lalu saya ‘menantang’ juri untuk minta dibuatkan game kurang dari 10 menit. Lalu saya buatkan game Gajah. Juri pun terpukau,” tambahnya. Saat ini, dia menggunakan Adobe Flash dalam membuat animasi game. Aa berharap pada masa yang akan datang bisa menggunakan aplikasi yang lebih canggih, seperti Java dan C/C++. “Sekarang lagi fokus belajar itu [Java dan C/C++]. Kalau menggunakan itu bisa lebih maksimal, mulai dari tampilan maupun desain game-nya, sedangkan yang sekarang [Adobe Flash] masih sangat sederhana,” tambahnya. BIODATA DIRI Nama                           : Fahma Waluya Rosmansyah Tempat tanggal lahir      : Bandung, 27 Mei 1998 Sekolah                        : - SMP Salman Alfarisi Bandung (kelas 1) - SD Cendekia Bandung - TK Guilford Grove Surrey, United Kingdom (UK)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper