Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persaingan ritel di Bandung semakin ketat

BANDUNG: Persaingan di sektor ritel di Kota Bandung kian ketat ditandai dengan ekspansi perusahaan ritel mo­dern. Matahari, misalnya, kemarin membuka gerai baru di mal Festival Citylink de­ngan investasi Rp20 miliar.

BANDUNG: Persaingan di sektor ritel di Kota Bandung kian ketat ditandai dengan ekspansi perusahaan ritel mo­dern. Matahari, misalnya, kemarin membuka gerai baru di mal Festival Citylink de­ngan investasi Rp20 miliar. Sekretaris Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jabar Henri Hendarta menyambut baik kehadiran gerai baru ritel modern di Kota Bandung yang bisa dianggap sebagai tanda masih potensialnya pasar di kota ini. Kehadiran gerai-gerai baru, kata­nya, membuat konsumen memiliki pilihan toko dan produk yang semakin banyak. Namun di sisi lain, kehadiran gerai baru otomatis akan menambah ketat persaing­an usaha di bidang ritel. “Matahari fokus di apparel atau pakaian, sementara untuk kebutuhan sehari-hari masih ada pelaku kelas hipermarket yang akan kembali buka gerai di sana,” ka­tanya. Menurut Henri, pada tahun ini sebagian pengusaha ritel gagal mencapai target penjualan karena semakin tingginya pertumbuhan gerai ritel. Henri mengatakan penambah­an gerai untuk kategori minimarket yang bisa semakin dekat dengan pengguna pada akhirnya bisa berdampak negatif terhadap penjualan gerai supermarket dan hipermarket. “Pasar memang masih potensial dan masih bisa tumbuh namun peningkatan jumlah gerai yang lebih tinggi tentu akan membuat persaingan menjadi lebih ketat,” ujarnya. Miranti Hadisusilo, Corporate Secretary and Legal Director PT Matahari Department Store Tbk, mengatakan perusahaannya mem­buka cabang di mal Festival Citylink dengan investasi Rp20 miliar. Investasi sebesar itu, katanya, digunakan untuk berbagai keperluan, seperti sewa tempat, penyediaan produk, dan lain-lain. “Setidaknya untuk membuka satu cabang kami membutuhkan sekitar Rp20 miliar,” ujarnya di sela-sela launching gerai Matahari di Ban­dung, kemarin. Menurut Miranti, Matahari melakukan penambahan cabang di Kota Kembang karena melihat pangsa pasar di kota tersebut sa­ngat potensial. Buktinya, kata dia, penjualan produk-produk pakaian di factory outlet (FO), distribution outlet (distro), dan gerai-gerai pakaian di Bandung sangat tinggi dari waktu ke waktu. “Meskipun mayoritas produk FO itu dikonsumsi oleh wisatawan, warga lokal juga banyak yang meminati itu,” ujarnya. Dia mengungkapkan penentuan lokasi juga menjadi pertimbangan utama. Selama ini, banyak investor yang melirik pusat Kota Ban­dung, sedangkan daerah pinggiran belum tergarap. Dengan demikian, kata dia, Matahari sekarang fokus melakukan ekspansi ke daerah Bandung selatan dengan membuka gerai di Festival Citylink, Jalan Peta, Bandung. “Beberapa kawasan di Kota Ban­dung, seperti daerah selatan ataupun timur, masih belum terjamah oleh pengusaha ritel modern. Kami optimistis pembukaan cabang itu akan diterima oleh warga Bandung dan sekitarnya,” ujarnya. Selain di Bandung, lanjut dia, Matahari hingga akhir tahun ini akan membuka gerai tambahan di beberapa wilayah yang dinilai prospektif, seperti Bekasi, Bengkulu, dan Batam. “Di Bekasi, kami nilai lokasinya sangat mendukung karena letaknya sebagai penyangga ibu kota.” Menurut Miranti, cabang di salah satu mal di Bandung itu merupakan cabang ke-92 di Tanah Air. Selain di Festival Citylink, kata dia, Matahari juga telah beroperasi di beberapa mal di Bandung, seperti Istana Plaza (IP), Bandung Indah Plaza (BIP), dan King Plaza. Untuk memasok dagangan, lanjutnya, Matahari telah bekerja sama dengan 1.200 vendor, baik lokal maupun multinasional. Pilihan kedua Dwi Aryo Darmasto, Branch Manager Alfamart Bandung I, menambahkan pihaknya lebih memfokuskan ekspansi bisnisnya ke luar Kota Bandung. Hal itu disebabkan karakteristik warga kota lebih memilih berbelanja di hipermarket daripada ke minimarket. “Jadi, minimarket menjadi pilihan kedua bagi masyarakat kota,” ujarnya. Saat ini, lanjutnya, gerai yang ada di Kota Bandung berjumlah sekitar 100 gerai. Adapun di luar kota, seperti Kabupaten Bandung atau wilayah Priangan Timur, jumlahnya mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan gerai di Kota Bandung. Untuk mengembangkan usaha ritel, Alfamart saat ini terkendala regulasi yang ditetapkan pemerintah daerah (pemda) setempat. “Untuk tahun depan, kami belum berencana untuk menambah gerai di daerah-daerah pinggiran karena sedang fokus pada peningkatan pelayanan gerai yang ada,” ujarnya. (hh)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper