Bisnis.com, BANDUNG--Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar tengah mengantisipasi kasus beras premium oplosan agar tidak menganggu stok.
Kepala Disperindag Jabar Nining Yuliastiani mengatakan potensi terjadinya kenaikan harga bisa saja terjadi. Bukan tidak mungkin, juga memicu kelangkaan beras.
"Oleh karena itu, kami saat ini juga terus berupaya melakukan pengawasan, termasuk dalam kaitan ketersediaan stok ini," katanya, Senin (21/7/2025).
Jika nanti dari hasil pengawasan ditemukan ada daerah yang stok berasnya terbatas, pihaknya akan berkoordinasi bersama Badan Urusan Logistik (Bulog).
Dimana nanti akan direspons Bulog dengan melakukan operasi pasar di wilayah atau kabupaten/kota, yang ketersediaannya sedikit atau terjadi kelangkaan.
"Itu yang kami anggap penting, harus juga dilakukan. Dalam posisi kita harus menjaga stabilisasi harga dan kualitas mutu, beras yang kita ambil juga harus sesuai dengan yang dicantumkan di label," tandasnya.
Baca Juga
Seperti diketahui, sebelumnya terungkap ada 212 merek beras premium diduga yang masuk ke retailer merupakan beras oplosan. Dimana di Jabar, ada 13 merek dari empat distributor yang diduga mengoplos beras premium kemasan.
Antaranya merek beras PT Padi Indonesia Maju yang merupakan bagian dari Wilmar Group seperti Sania, Sovia, Fortune dan Siip. Beras produksi PT Padi Indonesia Maju, Raja Platinum dan Raja Ultima produksi PT Belitang Panen Raya, serta merek Ayana milik PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group).