Bisnis.com, CIREBON - Kasus korupsi yang melibatkan perusahaan terbuka kerap menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.
Sentimen negatif yang muncul akibat kasus tersebut dapat memengaruhi harga saham perusahaan terkait, bahkan menciptakan tekanan lebih luas terhadap indeks saham.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat Ahmad Dirgantara mengatakan fenomena ini sering kali menjadi perhatian utama pelaku pasar modal, karena reputasi dan kepercayaan investor terhadap perusahaan menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas harga saham.
Ahmad menjelaskan, ketika sebuah perusahaan terbuka terseret dalam kasus korupsi, reaksi pasar biasanya cepat dan signifikan. Investor, baik institusional maupun ritel, cenderung bereaksi negatif terhadap berita tersebut, yang menyebabkan aksi jual saham dalam jumlah besar.
"Investor cenderung bereaksi negatif terhadap berita tersebut yang mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan terkait," kata Ahmad kepada Bisnis.com, Jumat (14/3/2025).
Menurutnya, reaksi pasar terhadap isu-isu semacam ini cukup wajar. Sebab, ketika perusahaan tersangkut kasus korupsi, ada beberapa kekhawatiran yang muncul, seperti potensi denda besar, kerugian finansial, hingga gangguan operasional akibat proses hukum yang berlangsung.
Baca Juga
Selain itu, kepercayaan publik terhadap perusahaan juga bisa anjlok, yang pada akhirnya berdampak pada hubungan dengan pelanggan, mitra bisnis, maupun kreditor.
Kasus korupsi yang melibatkan perusahaan terbuka memang bisa menciptakan volatilitas tinggi dalam pergerakan harga saham. Dalam banyak kasus, saham perusahaan yang tersandung kasus hukum mengalami koreksi tajam dalam waktu singkat.
"Jika perusahaan memiliki fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan yang baik, investor cenderung mempertimbangkan hal tersebut dalam pengambilan keputusan investasi," jelasnya.
Dalam menghadapi situasi seperti ini, Ahmad menyarankan agar investor tidak hanya bereaksi berdasarkan sentimen jangka pendek, tetapi juga melakukan analisis lebih mendalam terkait dampak kasus hukum terhadap bisnis perusahaan secara keseluruhan.
Beberapa strategi yang bisa diterapkan investor yakni, mengambil keputusan investasi, investor sebaiknya menilai apakah kasus hukum yang menimpa perusahaan berpotensi merusak kinerja keuangan dalam jangka panjang.
"Salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko akibat kasus korupsi adalah dengan memiliki portofolio yang terdiversifikasi. Dengan menyebar investasi ke beberapa sektor dan emiten yang berbeda, dampak dari peristiwa negatif terhadap satu perusahaan bisa diminimalkan," ujarnya.
Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan lima tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana iklan di Bank BJB. Mereka adalah mantan Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi, serta mantan Pimpinan Divisi Corporate Secretary, Widi Hartoto.
Selain itu, tiga pihak dari perusahaan periklanan juga ikut terseret, yakni Ikin Asikin Dulmana pemilik agensi Arteja Muliatama dan Cakrawala Kreasi; Suhendri pemilik agensi PSD dan WBG; serta R Sophan Jaya Kusuma pemilik JKMP dan JSB.
KPK mengungkapkan, modus operandi yang digunakan dalam kasus ini adalah penggelembungan biaya iklan, yang berpotensi merugikan keuangan negara hingga ratusan miliar rupiah. Saat ini, penyidikan masih berlangsung guna mengungkap pihak lain yang mungkin terlibat dalam skandal tersebut.