Bisnis.com, GARUT- Dua bangunan sekolah dasar di Kabupaten Garut, Jawa Barat yang rusak akibat gempa bumi pada September 2024 kini telah direnovasi dengan konsep ramah lingkungan dan tahan gempa.
Gempa bumi yang mengguncang Garut pada September 2024 menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur sekolah SDN 3 Barusari dan SDN 4 Barusari. Hal ini membuat ratusan siswa kehilangan tempat belajar layak.
Menyadari urgensi situasi ini, tiga lembaga sosial, Yayasan Bakti Barito, Happy Hearts Indonesia, Kitabisa bersama relawan serta masyarakat luas menggalang dana untuk membangun kembali sekolah dengan konsep yang lebih aman dan berkelanjutan.
Renovasi kedua sekolah ini menggunakan batu bata plastik daur ulang sebagai bahan utama dinding bangunan. Inovasi ini tidak hanya memberikan ketahanan lebih baik terhadap gempa bumi, tetapi juga berkontribusi dalam mengurangi limbah plastik.
Dalam proses pembangunannya, total 9,4 ton plastik daur ulang digunakan, yang setara dengan pengurangan 22 ton emisi karbon.
CEO Happy Hearts Indonesia, Sylvia Beiwinkler, mengatakan, proyek ini bertujuan untuk menciptakan dampak jangka panjang melalui penggunaan material yang inovatif dan berkelanjutan.
Baca Juga
“Dengan menggunakan batu bata plastik daur ulang, kami membangun kembali sekolah dengan standar yang lebih baik dan menetapkan tolok ukur baru dalam upaya pemulihan pascabencana,” kata Sylvia, Kamis (6/2/2025).
Renovasi ini tidak hanya bergantung pada lembaga sosial dan pemerintah, tetapi juga melibatkan masyarakat luas. Melalui platform crowdfunding Kitabisa, kampanye penggalangan dana berhasil mengumpulkan Rp1,7 miliar dari hampir 84 ribu donatur di seluruh Indonesia.
Direktur Kitabisa.org, Edo Irfandi menyebutkan, menyatakan proyek ini membuktikan kekuatan solidaritas masyarakat dalam membangun kembali fasilitas pendidikan.
"Dengan melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang dan memanfaatkan teknologi digital, kita berhasil menciptakan ruang belajar yang aman dan berkelanjutan bagi anak-anak Garut,” ujarnya.
Selain dukungan finansial, proses pembangunan juga melibatkan relawan yang membantu dalam berbagai aspek, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan di lapangan. Yayasan Bakti Barito turut menggandakan jumlah dana yang terkumpul untuk memaksimalkan dampak proyek ini.
Direktur Eksekutif Yayasan Bakti Barito, Fifi Pangestu pun menyebutkan, pihaknya tidak hanya menyediakan bangunan yang lebih kuat dan aman, proyek renovasi ini juga membawa inovasi dalam dunia pendidikan.
Yayasan Bakti Barito melalui program Green Guardians, akan mengadakan pelatihan bagi para guru di sekolah tersebut. Pelatihan ini bertujuan untuk mengintegrasikan pendidikan lingkungan dan perubahan iklim ke dalam kurikulum sekolah.
Dengan bekal ini, para siswa diharapkan dapat tumbuh menjadi generasi yang lebih peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.
“Kami percaya perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Dengan mengajarkan kesadaran lingkungan sejak dini, kita dapat membentuk masyarakat yang lebih tangguh di masa depan,” ujar Fifi.