Bisnis.com, CIREBON - Komoditas bawang merah di Cirebon kembali mencatat deflasi signifikan pada tahun 2024. Selama empat tahun terakhir, harga bawang merah terus mengalami penurunan yang konsisten, dengan puncak deflasi tertinggi terjadi pada Juli 2024 sebesar 30,51%.
Angka tersebut memberikan andil deflasi sebesar 0,14% terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Cirebon.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon Aris Budiyanto menjelaskan deflasi bawang merah ini mencerminkan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan di pasar lokal.
“Deflasi selama empat tahun berturut-turut menunjukkan adanya persoalan struktural yang harus segera diatasi, baik di tingkat produksi, distribusi, maupun konsumsi,” kata Aris, Rabu (4/12/2024).
Menurut Aris, salah satu faktor utama yang menyebabkan deflasi adalah overproduksi bawang merah di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Produksi bawang merah meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir karena banyak petani yang beralih ke komoditas ini. Namun, peningkatan produksi tidak diimbangi oleh pertumbuhan permintaan yang sepadan,” jelasnya.
Baca Juga
Kondisi ini menyebabkan pasokan bawang merah di pasar lokal melimpah, sehingga harga terus tertekan. Pada Juli 2024, melimpahnya stok bawang merah di pasaran membuat harga anjlok drastis, mencatat deflasi tertinggi dalam empat tahun terakhir.
“Ketika pasokan melimpah, sementara permintaan stagnan atau bahkan menurun, harga komoditas pasti akan turun. Ini hukum ekonomi dasar yang kita lihat pada bawang merah,” tambah Aris.
Selain overproduksi, Aris juga menyoroti masalah distribusi dan infrastruktur pasar sebagai faktor lain yang berkontribusi terhadap deflasi bawang merah.
Kabupaten Cirebon sebagai salah satu sentra bawang merah di Jawa Barat, menurutnya, masih memiliki keterbatasan dalam hal akses ke pasar luar daerah.
“Banyak petani mengeluhkan sulitnya menjangkau pasar besar di kota-kota lain karena keterbatasan jaringan distribusi dan infrastruktur transportasi. Akibatnya, stok bawang merah menumpuk di pasar lokal,” ungkapnya.
Deflasi bawang merah yang berkelanjutan ini berdampak langsung pada pendapatan petani di Cirebon. Harga jual bawang merah yang terus merosot membuat petani kesulitan untuk menutupi biaya produksi, apalagi mendapatkan keuntungan.
Heri, seorang petani bawang merah di Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon mengungkapkan kesulitannya dalam menghadapi situasi ini. “Harga bawang merah sekarang tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan untuk bibit, pupuk, dan tenaga kerja. Kami sering kali rugi besar,” katanya.
Heri berharap pemerintah dapat membantu mengatasi masalah ini, misalnya dengan menyediakan subsidi atau membuka akses pasar baru bagi petani.
Heri pun berharap, dengan langkah-langkah yang telah direncanakan, harga bawang merah di Cirebon dapat kembali stabil dalam beberapa tahun ke depan.
"Berharap agar komoditas bawang merah kembali menjadi sumber penghidupan yang menguntungkan bagi para petani dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian daerah," kata Heri.