Bisnis.com, CIREBON — PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 3 Cirebon mulai melakukan pemeriksaan jalur untuk memininalisir potensi gangguan, terutama saat memasuki musim penghujan.
Manager Humas Daop 3 Cirebon, Rokhmad Makin Zainul mengatakan, pemeriksaan jalur dilakukan di titik potensi bencana. Salah satunya, antara Stasiun Tanjung hingga Stasiun Brebes, Jawa Tengah.
"Seperti diketahui musim kemarau tahun ini ekstrem dengan cuaca yang lebih panas dibandingkan musim kemarau biasanya. Dan ini menjadi perhatian KAI, karena setelah ini akan ada musim hujan yang mengakibatkan peningkatan debit air yang harus diwaspadai," kata Rokhmad, Selasa (22/10/2024).
"Kondisi tanah yang semula dari kering menjadi lumpur menjadi perhatian khusus dari jajaran Daop 3 Cirebon untuk ditindaklanjuti,” imbuhnya.
Menghadapi musim hujan ini pula, KAI melakukan pensterilan jalur dengan melakukan pemangkasan pepohonan untuk menghindari terjadinya pohon tumbang di lingkungan stasiun maupun jalur KA yang dapat mengganggu perjalanan kereta api.
“Normalisasi saluran air dari tumpukan sampah yang ada pada sekitar jalur KA juga menjadi perhatian khusus untuk terwujudnya keselamatan perjalanan KA. Selain itu juga dilakukan sterilisasi jalur KA dari pepohonan yang dapat mengganggu jarak pandang masinis. KAI Daop 3 juga menempatkan petugas yang turut jalan di kabin masinis untuk dapat memantau kondisi jalur," jelasnya.
Baca Juga
Daop 3 Cirebon, kata Rokhmad, mengantisipasi 10 potensi bencana di jalur kereta api wilayah kerjanya. Upaya itu dilakukan untuk kelancaran selama masa arus mudik Lebaran 2024.
Dari 10 titik potensi bencana di wilayah Daop 3 Cirebon, sebanyak enam titik berpotensi banjir dan empat titik lainnya terancam terkena bencana pergerakan tanah atau kontur tanah labil.
Titik potensi banjir ada di BH (Jembatan) 1085 KM 220 +700 s.d KM 220+800 antara Stasiun Cirebon Prujakan—Waruduwur, BH (Jembatan) 915 KM 187+600 s.d 187+700 antara Stasiun Babakan—Losari, BH (Jembatan) 812 KM 161+600 s.d 161+700 antara Stasiun Brebes—Tanjung.
Kemudian, BH (Jembatan) 883 KM 252+500 s.d KM 252+800 antara Stasiun Ciledug—Ketanggungan, BH (Jembatan) 941 KM 264+7-- s.d 264+800 antara Stasiun Ciledug—Ketanggungan, dan BH (Jembatan) 827 dan 831 KM 243+200 s.d 243+600 antara Stasiun Sindanglaut—Ciledug.
Sementara titik kontur tanah labil berada di KM 148+600 s.d 151+700 Jalur Hulu & Hilir antara Stasiun Haurgeulis—Cilegeh, KM 234+100 s.d 234+400 Jalur Hulur antara Stasiun Luwung—Sindanglaut, KM 274+100 s.d 274+200 Jalur Hulu antara Stasiun Ketanggungan—Larangan, dan KM 175+000 s.d 176+100 Jalur Hilir antara Stasiun Telagasari—Jatibarang.
"Kami siaga memetakan daerah-daerah pemantauan khusus di lintas wilayah kerja Daerah Setidaknya terdapat 10 titik daerah pemantauan khusus lokasi potensi banjir dan lokasi kontur tanah labil," kata Rokhmad.
Di titik tersebut, kata Rokhmad, pihaknya melakukan upaya untuk meminimalisir potensi bahaya mulai dari normalisasi saluran air dari tumpukan sampah, perkuatan penahan tanah lokasi rawan ambles, pemasangan bronjong, hingga penempatan alat material untuk siaga (AMUS) di 17 titik.
Belasan titik ada di Stasiun Pabuaran, Pasirbungur, Pegaden Baru, Haurgeulis, Terisi, Jatibarang, Arjawinangun, Cirebon, Cirebon Prujakan, Babakan, Tanjung, Bulakamba, Brebes, Sindang Laut, Ciledug, Ketanggungan, dan Songgom.
"AMUS sengaja disiapkan untuk mengantisipasi banjir dan ambles dilokasi. Alat material untuk siaga sendiri merupakan alat bantu darurat yang terdiri dari peralatan kerja dan material, diantaranya bantalan rel dan batu balas. Persiapan tersebut untuk tindakan cepat ketika terjadi gangguan," katanya.