Bisnis.com, CIREBON - Harga minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, per Senin (7/10/2024) tercatat stabil pada angka Rp18.000 per liter.
Kondisi ini tidak mengalami perubahan sejak sepekan terakhir, menurut pantauan langsung dari beberapa pasar di wilayah tersebut.
Sejumlah pedagang mengonfirmasi harga minyak goreng telah bertahan di level ini selama beberapa waktu, meski sempat mengalami fluktuasi pada bulan-bulan sebelumnya akibat berbagai faktor, termasuk pasokan bahan baku dan biaya distribusi.
"Harga minyak goreng sekarang stabil di Rp18.000 per liter, sudah seminggu lebih tidak ada perubahan. Kondisi ini lebih baik dibandingkan beberapa bulan lalu, di mana harga sering naik turun," kata Eti, pedagang di Pasalaran Kabupaten Cirebon, Rabu (9/10/2024).
Para pedagang menyebut pasokan minyak goreng di pasar tradisional terbilang cukup lancar, meskipun permintaan masih fluktuatif.
"Minyak goreng sekarang stoknya aman, pembeli juga tidak terlalu khawatir kekurangan, walau permintaan kadang naik saat mendekati hari besar," tambahnya.
Baca Juga
Para pedagang berharap harga minyak goreng bisa terus stabil, mengingat kondisi ekonomi masyarakat yang masih berangsur pulih pasca-pandemi.
Meskipun demikian, situasi stabil ini memberikan sedikit kelonggaran bagi warga Cirebon yang selama ini harus menghadapi kenaikan harga bahan pokok lainnya, seperti beras dan sayuran, yang masih mengalami fluktuasi di pasar.
"Semoga harga bisa tetap seperti ini atau bahkan turun, karena kalau terlalu mahal, pembeli bisa berkurang," kata Eti.
Kepala BPS Kota Cirebon, Aris Budiyanto mengatakan, komoditas minyak goreng yang mengalami inflasi tertinggi terjadi pada Juli 2024 sebesar 0,57% dengan andil inflasi mencapai 0,01%.
"Sementara, deflasi terdalam komoditas ini terjadi pada November 2023 sebesar 0,61% dengan andil inflasi 0,01%," kata Aris.
Menurut BPS, kenaikan harga minyak goreng ini dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kenaikan harga bahan baku dan biaya distribusi yang semakin tinggi.
Selain itu, gangguan cuaca dan kebijakan ekspor turut memperburuk situasi, sehingga pasokan minyak goreng di pasar domestik menjadi terbatas.
"Minyak goreng menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi. Kenaikan harganya telah berlangsung secara konsisten selama delapan bulan terakhir," kata Aris.
Lonjakan harga ini tentu saja memengaruhi pengeluaran rumah tangga, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Para pedagang pun mengakui daya beli konsumen menurun akibat kenaikan harga yang tidak terhindarkan.
Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini, termasuk dengan mengendalikan harga dan memastikan pasokan minyak goreng yang memadai di pasaran.
Upaya stabilisasi harga sangat diperlukan agar inflasi tidak terus berlanjut dan semakin membebani masyarakat.
Sementara itu, BPS juga mencatat bahwa inflasi secara umum masih berada dalam kisaran yang terkendali, namun lonjakan harga minyak goreng menjadi perhatian khusus.
Pemerintah dan pihak terkait diminta untuk segera bertindak guna menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.