Bisnis.com, CIREBON - Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat mencatat, transaksi saham di wilayah Ciayumajakuning selama Januari-Agustus 2024 mencapai Rp7,4 triliun. Sementara, jumlah single investor identification (SID) di wilayah Aglomerasi tersebut mencapai 12.983.
Kepala BEI Jawa Barat, Ahmad Dirgantara mengatakan, Kabupaten Cirebon tercatat sebagai daerah dengan jumlah investor saham paling rendah di Ciayumajakuning.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan rendahnya jumlah investor saham di Kabupaten Cirebon adalah minimnya pemahaman masyarakat mengenai investasi.
Berdasarkan data BEI, hanya 217 orang yang sudah teredukasi dengan baik tentang manfaat dan potensi keuntungan dari investasi saham. Sementara di Kota Cirebon ada 24.670 orang, Indramayu 12.075 orang, 13.173 orang, dan Kuningan 9.339 orang.
"Mereka di Kabupaten Cirebon cenderung lebih nyaman dengan investasi konvensional seperti emas, tanah, atau properti yang dianggap lebih aman dan berwujud nyata," kata Ahmad, Senin (17/10/2024).
Melihat rendahnya partisipasi masyarakat Cirebon dalam investasi saham, BEI memiliki peran penting dalam meningkatkan literasi dan akses ke investasi. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memperbanyak seminar-seminar edukasi mengenai investasi di berbagai kalangan masyarakat, baik di perkotaan maupun pedesaan.
Baca Juga
Selain itu, pemerintah bisa bekerja sama dengan lembaga keuangan untuk memperkenalkan produk-produk investasi yang lebih mudah diakses oleh masyarakat menengah ke bawah.
Misalnya, produk reksadana atau tabungan saham yang bisa dimulai dengan modal kecil. Dengan adanya pilihan investasi yang lebih terjangkau, diharapkan masyarakat Cirebon bisa lebih tertarik untuk mulai berinvestasi.
Ahmad menuturkan, meskipun saat ini Cirebon tercatat sebagai daerah dengan jumlah investor saham paling rendah di Ciayumajakuning, masih ada harapan untuk mengubah situasi ini.
Peningkatan literasi keuangan, kemudahan akses terhadap layanan investasi, serta dukungan dari pemerintah dan lembaga keuangan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan minat masyarakat dalam berinvestasi saham.
“Kami akan meningkatkan sosialisasi dan edukasi di wilayah-wilayah yang masih rendah jumlah investornya. Cirebon adalah salah satu daerah yang menjadi perhatian kami,” ujarnya.
Rendahnya jumlah investor saham di Kabupaten Cirebon mencerminkan tantangan besar dalam meningkatkan literasi keuangan dan akses terhadap layanan investasi di daerah tersebut.
Meski demikian, dengan adanya berbagai upaya dari pemerintah, lembaga keuangan, serta antusiasme dari generasi muda, diharapkan partisipasi masyarakat Cirebon dalam investasi saham akan terus meningkat.
"Sosialisasi dan edukasi harus dilakukan secara berkelanjutan, khususnya untuk menyasar masyarakat menengah ke bawah yang masih merasa investasi saham terlalu rumit dan berisiko," kata Ahmad.
Dengan edukasi yang tepat, diharapkan semakin banyak warga Kabupaten Cirebon yang memahami bahwa investasi saham bisa menjadi salah satu cara untuk mencapai kestabilan finansial di masa depan.