Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Gula Pasir di Ritel Modern Cirebon Langka

Stok gula pasir di sejumlah ritel Kabupaten Cirebon terpantau kosong, yang diduga imbas dari kenaikan harga yang terjadi sejak awal Ramadan 2024.
Pedagang mengemas gula pasir di Pasar Minggu, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pedagang mengemas gula pasir di Pasar Minggu, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, CIREBON - Stok gula pasir di sejumlah ritel Kabupaten Cirebon terpantau kosong, yang diduga imbas dari kenaikan harga yang terjadi sejak awal Ramadan 2024.

Pantauan Bisnis.com di ritel modern kawasan Sumber, Kabupaten Cirebon, tidak ditemukan adanya stok gula. Menurut Winda Aulia, salah seorang pramuniaga menyebutkan, stok gula sudah langka sejak tiga hari terakhir dan saat ini hanya tersisa gula aren.

"Belum ada info pengiriman stok gula, di etalase juga sudah kosong. Harga terakhir yang dijual juga Rp17.000 per kilogram," kata Winda kepada Bisnis.com di Kabupaten Cirebon, Senin (22/4/2024).

Sementara di warung kelontong, gula pasir masih ditemukan. Gula pasir eceran tersebut dijual dengan harga Rp18.000 per kilogram dan Rp4.500 untuk kemasan 250 gram.

Menurut Jumadi, pemilik warung kelontong menyebutkan, gula yang disimpan saat ini merupakan stok terakhir. Sejumlah distributor langganannya pun mengabarkan kalau stok gula pasir belum tersedia.

"Untuk beberapa hari ke depan sepertinya masih aman, karena di warung kecil jarang yang membeli dalam jumlah banyak, paling ukuran seperempat," kata Jumadi.

Di Kabupaten Cirebon, jenis kebutuhan pokok yang terus mengalami lonjakan harga adalah gula pasir.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, Senin (22/4/2024), untuk gula pasir premium saat ini dijual dengan harga Rp18.500 per kilogram. Bulan lalu, harga gula tersebut hanya Rp17.500.

Sementara untuk gula pasir lokal, bulan lalu dijual dengan harga Rp16.000 per kilogram. Namun saat ini, harga gula pasir lokal mengalami kenaikan menjadi 18.000.

Bupati Cirebon Imron Rosyadi menyebutkan salah satu pemicu kenaikan harga terjadi karena produktivitas pertanian tebu di Kabupaten Cirebon terus mengalami penurunan.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi tebu di Kabupaten Cirebon pada 2023 sebanyak 16.421 ton. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan 2022 yang mampu menginjak 20.555 ton.

Padahal, di balik menurunnya angka produksi, luas lahan pertanian tebu di Kabupaten Cirebon mengalami perluasan dari 3.064 hektare pada 2022, menjadi 3.450 hektare pada 2024 ini.

"Luas lahan pertanian tebu di Kabupaten Cirebon meningkat seharusnya menjadi sebuah penanda semangat dan antusiasme para petani untuk kembali menanam tebu," kata Imron.

Selain itu, dibukanya kembali PG Sindanglaut diharapkan membuat petani tebu termotivasi untuk kembali melaksanakan budidaya tebu sesuai Good Agriculture Procedure (GAP).

"Nantinya, bahan baku giling di PG Sindanglaut dapat tercukupi dan tanaman tebu kembali menjadi salah satu komoditas unggulan," kata Imron.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper