Bisnis.com, BANDUNG -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menilai praktik burning money dalam persaingan antar platform e-Commerce dan predatory pricing yang terjadi selama ini sangat merugikan Jawa Barat sebagai lumbungnya industri tekstil dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Hal tersebut ia dapatkan dari aduan para pelaku industri tekstil dan asosiasi konveksi yang menilai praktik jual beli di e-Commerce tersebut membunuh ekosistem usaha mereka.
Sehingga ia menilai, data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat yang mencatat peningkatan impor Barang Konsumsi di tengah penurunan impor Barang Modal dan Bahan Baku merupakan hal yang masuk akal saat melihat gempuran barang konsumsi asal China di pelbagai platform e-Commerce.
"Data yang make sense, kalau impor bahan bakunya turun, berarti kan produksi turun, karena digantikan oleh produk jadi, ini yang mau diatur, karena yang paling terpukul dari masuknya barang konsumer dari China itu Jawa Barat, jadi kita ada keluhan dari asosiasi pertekstilan dan juga asosiasi konveksi-konveksi ini kita akan aturkan, kita akan atur di peraturan perdagangan secara elektronik kita mau atur lagi," ungkap Teten saat ditemui di Bandung, Rabu (11/10/2023).
Teten mengakui, aturan perdagangan elektronik di tanah air memang terlalu longgar yang menjadi kesempatan bagi platform melakukan persaingan perdagangan dengan mendatangkan produk jadi dari Tiongkok.
Padahal kondisi berbeda terjadi di China, dimana pemerintah dan regulasi di sana sangat melindungi ekosistem usahanya dan nyaris tidak mungkin terjadi burning money dan predatory pricing.
Baca Juga
"Kalau di China itu sangat melindungi digital ekonomi dalam negerinya, hampir tidak mungkin masuk ke pasar mereka bakar uang, predatory pricing hampir tidak mungkin, karena di sana tidak boleh dijual di bawah harga produksi HPP, kita terlalu longgar, karena itu kita mau atur," jelasnya.