Bisnis.com, PURWAKARTA - Masjid Agung Baing Yusuf, adalah salah satu cagar budaya yang ada di Kabupaten Purwakarta. Merujuk dari sejarahnya, konon masjid besar ini dibangun pada 1826 silam oleh seorang tokoh ulama besar bernama RH Moch Yusuf.
RH Moch Yusuf sendiri, lebih dikenal dengan sebutan Syeikh Baing Yusuf. Beliau, merupakan salah seorang tokoh ulama penyebar agama Islam di Purwakarta era 1800-an.
Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) Kabupaten Purwakarta Wawan Supriatna menuturkan dari catatan sejarah yang ada Syeikh Baing Yusuf merupakah ulama besar kelahiran Bogor sekitar 1700-an.
Syeikh Baing Yusuf sendiri, kata Wawan, datang ke Purwakarta sekitar tahun 1820 yang kala itu pusat pemerintahan Karawang berada di wilayah Wanayasa. Dari sejarahnya, Syeikh Baing Yusuf juga merupakan masih keturunan Raja di Kerajaan Padjajaran.
Pada 1826, Wawan melanjutkan cerita, Syeikh Baing Yusuf mulai membangun masjid besar yang kala itu masih berada di tengah hutan belantara.
Karena, pusat pemerintahan saat itu bukan di pusat Purwakarta seperti saat ini. Melainkan, jauh ke wilayah selatan yakni tepatnya di alun-alun Wanayasa.
Baca Juga
"Masjid besar yang saat ini berdiri megah di pusat kota Purwakarta itu, adalah peninggalan Syeikh Baing Yusuf yang pada masanya itu dijadikan tempat syiar Islam di wilayah Purwakarta," ujar Wawan kepada Bisnis.com, Selasa (28/3/2023).
Karena, lanjut Wawan, kala itu pemeluk agama Islam di wilayah ini masih sangat jarang. Makanya, Syeikh Baing Yusuf mendirikan tempat untuk kajian agama Islam.
Merujuk dari sejarahnya juga, sejak kecil Syeikh Baing Yusuf memang sudah sangat cerdas. Bahkan, pada usia belia Syeikh Baing Yusuf sudah fasih Bahasa Arab. Lalu, saat usia 12 tahun beliau hafal Alquran. Bahkan, beliau pernah belajar Islam di Makkah, Arab Saudi.
Namun, meskipun fasih berbahasa arab saat itu Syeikh Baing Yusuf mensyiarkan Islam dengan bahasa Sunda. Apalagi, saat itu masyarakat Purwakarta belum mengenal dan memahami bahasa Latin, bahasa Arab, ataupun bahasa Jawa kuno.
Adapun bukti Baing Yusuf menyebarkan Islam dengan bahasa sunda, yaitu bisa dilihat dari kitab fikih dan tasawuf yang disusunnya. Meskipun tulisannya memakai bahasa arab, namun kitab tersebut diterjemahkan dalam bahasa sunda.
Pada 1830-an, kata Wawan melanjutkan, pusat pemerintahan pindah dari Wanayasa ke Purwakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini, seiring dengan semakin berkembangnya penyebaran agama Islam di wilayah ini.
Apalagi, keberadaan masjid besar yang ia bangun itu lokasinya sangat strategis. Yakni, berdekatan dengan pusat pemerintahan (kantor bupati) dan kesininya dekat dengan lembaga pemasyrakatan (Lapas).
Dari silsilahnya, Syeikh Baing Yusuf konon juga pernah menjadi murid Syekh Campaka Putih atau Pangeran Diponegoro. Tak hanya itu, Syeikh Baing Yusuf juga banyak muridnya. Salah satunya, Syekh Nawawi Al-Bantani atau pengarang kitab asal Banten.
Syeikh Baing Yusuf wafat pada tahun 1854. Namun, jejak peninggalan Syeikh Baing Yusuf, kini masih berdiri kokoh. Yakni Masjid Agung di pusat kota Purwakarta tersebut.
Bahkan, saking kuatnya ikatan antara sang ulama dengan masjid besar tersebut, sampai-sampai tempat peristirahatan Syeikh Baing Yusuf pun tak jauh dari kawasan masjid tersebut.
Jejak sejarah Syeikh Baing Yusuf ini, semakin banyak dikenal secara luas. Bahkan, masyarakat dari berbagai daerah selalu menyempatkan diri untuk menunaikan salat, baik salat wajib maupun sunah di Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta.
Wawan menambahkan, Masjid Agung Baing Yusuf selain menjadi salah satu dari puluhan kawasan cagar budaya yang ada di kabupaten ini juga menjadi salah satu tujuan wisata religi di Kabupaten Purwakarta.
Tak heran, hampir setiap hari banyak peziarah yang mendatangi makam Baing Yusuf. Mereka datang dari dalam dan luar kota. Bahkan, di waktu-waktu tertentu yang berziarah itu sampai puluhan bus.
Konten ini merupakan bagian dari Safari Ramadan yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia, dan didukung oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat, Bank BJB, BUMD PT Migas Utama Jabar (MUJ), dan JNE. (K60)