Bisnis.com, PURWAKARTA – Pemerintah Kabupaten Purwakarta mencatat hasil panen buah manggis di wilayahnya selama dua tahun terakhir ini menurun.
Pada 2020 lalu, hasil panen manggis masih bisa mencapai 101.538 ton lalu pada 2021 turun menjadi 96.621 ton. Kemudian, penurunan juga terjadi di masa panen 2022 yang hanya menghasilkan 88.164 ton.
Di Kabupaten Purwakarta sendiri, luas lahan perkebunan buah manggis mencapai lebih dari 1.500 hektare tersebar di lima kecamatan yakni Wanayasa, Kiarapedes, Bojong, Darangdan dan Pondoksalam.
Kepala Bidang Perkebunan Hortikultura, Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kabupaten Purwakarta Kurnia Prawira Saputra menyebutkan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penurunan hasil panen tersebut.
"Salah satunya faktor siklus berbuah pada tanaman manggis. Jadi, setelah puncak panen pada 2020, tahun berikutnya itu dia akan turun (produksi). Ada masa istirahat, istilahnya begitu," ujar Kurina, Selasa (7/2/2023).
Menurut sepengetahuan dirinya, siklus panen seperti itu memang menjadi ciri khas pada tanaman manggis. Jadi, kata dia, pohon manggis bisa kembali berbuah maksimal dalam beberapa tahun ke depan jika tidak mendapatkan perawatan dari petani.
Baca Juga
"Pada umumnya petani di kita itu hanya bisa memanen saja biasanya. Kalau sudah panen itu sudah saja dibiarkan tidak dipupuk tidak dirawat. Kalau menggunakan cara natural seperti itu biasanya itu ada masa istirahat,” tutur Kurnia.
Adapun dari hasil panen seperti yang dijelaskan di atas, untuk produksi buah manggis pada 2020 jumlahnya mencapai 84.516 ton. Kemudian, di 2021 turun menjadi 28.092,95 ton. Sedangkan, untuk 2022 kemarin naik lagi menjadi 43.617 ton.
Kurnia menjelaskan, meskipun hasil panen manggis mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, pihaknya optimistis tahun ini hasilnya bisa lebih baik dari tahun sebelumnya.
"Kami telah melakukan persiapan yang cukup matang menyambut musim panen kali ini," katanya.
Kurnia memperkirakan hasil produksi tahun ini bisa kembali menyentuh 40.000 ton seperti yang terjadi 2019 yang sempat mencapai 44.515 ton. Namun, menurut pemantauannya di lapangan, buah manggis hasil produksi kali ini memiliki kualitas yang lebih baik meskipun sedikit secara kuantitas.
"Sedikit jumlahnya tapi besar bentuk buahnya karena buahnya berada di dalam pohonnya," kata dia.
Ia berharap para petani bisa merawat buah-buah tersebut di tengah cuaca ekstrim seperti sekarang, agar tidak terserang hama penyakit seperti penyakit kuning.
Sebagai upaya preventif, Dispangtan Purwakarta menyiapkan tim khusus untuk membantu para petani manggis. Selain itu, mereka juga mengaku telah melakukan bimbingan teknis kepada para petani untuk mempersiapkan panen kali ini.
Kurnia menambahkan, buah manggis Purwakarta masuk dalam varietas Wanayasa dan sudah terdaftar secara resmi di Kementerian Pertanian RI. Jadi, ada yang membedakan dari manggis daerah lain.
"Setiap daerah itu punya khas masing-masing. Kalau Manggis Purwakarta, punya khas tersendiri. Salah satunya, terlihat dari teksturnya yang lembut dan kulit luarnya yang mulus juga dari perpaduan rasanya yang manis asam (segar)," jelas dia.
Selain dari tekstur dan rasanya, lanjut dia, manggis khas Purwakarta memiliki daya tahan cukup lama. Yakni, jika disimpan dalam ruangan bisa bertahan hingga 28 hari dengan kondisi masih segar.
"Kalau manggis daerah lain, itu biasanya bertahan kurang dari 28 hari. Kalau Manggis varietas Wanayasa, itu bisa bertahan lama. Mungkin itu yang membedakan," tambah dia.
Sejauh ini, kata dia, dinasnya pihaknya terus mendorong supaya produktivitas buah manggis ini terus meningkat, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.
"Dari sisi kuantitas sendiri, kami terus mendorong para petani bagaimana supaya produktivitasnya terus meningkat," pungkasnya. (K60)