Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuaca Tak Menentu, Petani Garam di Karawang Kini Budi Daya Ikan Bandeng

Saat ini banyak petambak yang beralih profesi dan memilih meninggalkan kebiasaannya membuat garam dan menjadi pembudidaya ikan yang jauh lebih menguntungkan.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, KARAWANG - Wilayah pesisir Kabupaten Karawang selama ini menjadi salah satu sentra produksi garam di Jawa Barat. Bahkan, garam asli kabupaten ini cukup terkenal kualitasnya hingga ke daerah lain.

Namun, beberapa tahun terakhir produksi garam di wilayah ini tidak maksimal akibat cuaca yang tak menentu. Para petambak, mulai enggan memproduksi karena musim kemarau beberapa tahun ini lebih pendek dari biasanya.

Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Karawang Abuh Bukhori membenarkan terkait hal itu. Makanya, saat ini banyak petambak yang beralih profesi dan memilih meninggalkan kebiasaannya membuat garam dan menjadi pembudidaya ikan yang jauh lebih menguntungkan.

"Cuaca di beberapa tahun ini tak menentu. Sehingga, banyak para produsen garam lebih memilih menyulap lahannya jadi tambak ikan," ujar Abuh dalam keterangannya, Selasa (10/1/2023).

Abuh menjelaskan, luas lahan tambak garam di Kabupaten Karawang ada sekitar 250 hektare. Adapun wilayah yang jadi sentra garam, di antaranya Cilamaya Kulon, Cilamaya Wetan dan Tempuran.

Selama ini, kata dia, kalau cuaca kemaraunya cukup panjang dalam satu hektare bisa menghasilkan 60 ton. Namun, karena saat ini cuacanya tak menentu produksi garam ini paling banter hanya 50 persennya saja.

"Sepanjang 2022 kemarin saja, produk garam kita bisa dibilang tidak maksimal karena hasilnya hanya sebanyak 200.000 ton. Tidak maksimal di sini, salah satu faktornya karena banyak petambaknya yang beralih profesi menjadi pembudidaya ikan," kata dia.

Abuh menjelaskan, proses pembuatan garam itu tak begitu rumit. Hanya memerlukan air laut, panas matahari dan angin untuk membentuk kristalisasi.

Namun, jika cuaca tak mendukung proses pembuatan garam ini akan sulit dilakukan. Artinya, garam hanya bisa diproduksi saat musim kemarau, karena proses pembuatannya memanfaatkan air laut kemudian panas matahari yang cukup.

Adapun masa tanam sampai panen garam, itu biasanya berlangsung selama tiga bulan. Mulai tanam, yakni bulan Juli. Kemudian, panen raya sekitar September.

"Selama ini, produk garam kita digunakan untuk kebutuhan lokal dan juga untuk dikirim ke luar daerah. Kalau kebutuhan lokal, biasnya biasanya digunakan untuk proses pemindangan ikan oleh para nelayan," pungkasnya. (K60)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Asep Mulyana
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper