Bisnis.com, BANDUNG — Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat turut mendorong agar Program Petani Milenial yang digagas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bisa memanfaatkan pasar yang lebih luas. Salah satu potensi pasar yang bisa disasar adalah produk Petani Milenial dibeli oleh ritel modern.
Kadisperindag Jabar Iendra Sofyan mengatakan kerja sama dengan ritel modern sudah bisa dinikmati para peserta karena komoditas yang dikembangkan oleh petani milenial juga dibutuhkan oleh pasar ritel.
“Kami membuka potensi kerjasama dengan asosiasi pengusaha ritel Indonesia atau Aprindo,” katanya, Selasa (15/11/2022).
Menurutnya setidaknya ada 10 komoditas yang saat ini dibutuhkan oleh pasar ritel, antara lain wortel Brastagi, bawang merah, telur, ayam potong dan lain-lain. Pemenuhan komoditas ini bisa dilakukan petani milenial jika pengembangan dilakukan dengan standar dan spesifikasi yang harus dipenuhi.
Namun pihaknya meminta agar para peserta Petani Milenial mengikuti kaidah produk yang bisa dijajakan di pasar ritel, misalnya produk-produk pertanian tidak boleh memakai pestisida dan pupuk yang tidak standar.
Menurutnya jika ingin diterima pasar ritel, budidaya yang dilakukan oleh petani milenial harus mengutamakan produk yang aman bagi konsumen.
“Kita memiliki program Petani Milenial, apabila ingin dibeli oleh ritel harus memenuhi persyaratan seperti pengemasannya, tidak mengandung zat kimia berbahaya sampai ke pupuknya,” katanya.
Selain perdagangan ritel, pihaknya juga menggenjot pertumbuhan eksportir milenial melalui program Export Coaching Program (ECP) yang digelar sejak 2019.
“Sudah ada sekitar 240 eksportir milenial yang kita latih, tahun 2022 ini ada 30 orang dari 150 orang yang mendaftar dan berhasil kami kurasi,” katanya.
Dalam ECP ini selama setahun peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer , korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching.
“April-Juni 2022 ini kami sudah berhasil mengekspor 158.344 US$ dari 9 komoditas,” katanya.
Ke depan program ECP akan terus dikembangkan pihaknya menggandeng dukungan perbankan hingga Bank Indonesia beserta dinas terkait seperti KUK, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura dan Dinas Perkebunan.
“Semuanya harus terkoordinir di Disperindag, karena kami yang akan melaporkan seluruh aktivitas ekspor baik manufaktur dan IKM,” tuturnya.
Menurutnya program ECP akan menjadi filter bagi eksportir milenial yang tangguh karena peserta harus melewati enam tahap. Peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer.
Lalu ada korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching.
“Jadi tidak langsung ekspor, tidak langsung container, tapi bertahap,” tuturnya.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Eem Sujaemah memastikan Dinas Perindutrian dan Perdagangan Jabar serius membantu memasarkan produk petani milenial.
“Bahkan akhir tahun ini kami membuka tiga lokasi untuk dapat digunakan para petani milenial," katanya.
Untuk tiga lokasi baru yang sudah dipersiapkan bagi petani milenial, yakni di Yogya Kepatihan Kota Bandung, PT KAI Daop 2 Bandung dan Mal Botanic Square di Kota Bogor.
Selain itu, pada 2023, Disperindag Jabar juga akan melakukan kurasi kepada petani milenial, untuk membantu memasarkan produknya ke mancanegara atau untuk ekspor.
Sebelumnya produk peserta petani milenial juga dihadirkan di acara Pasar Pasisian Leuweung Tahura, Minggu (13/11/2022) yang digagas Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat berkolaborasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, serta Bank BJB.
Sebelumnya, sebanyak 1.249 petani milenial Angkatan I Program Petani Milenial diwisuda secara luring dan daring, di kampus Institut Pertanian Bogor, Kabupaten Bogor, Kamis (24/3/2022). Wisuda dilakukan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil memastikan bahwa petani milenial bukan program karpet merah yang secara instan bisa langsung menghasilkan keuntungan tanpa rintangan. Program ini diibaratkan pendakian gunung yang harus selalu didampingi pemerintah lewat pelatihan, anggaran, lahan, teknologi sampai pemasaran.
"Saya bilang program ini bukan program karpet merah yang bisa langsung sukses, melainkan program mendaki gunung yang didampingi pemerintah melalui pelatihan, anggaran, lahan, peralatan, dan pemasaran," jelasnya.