Bisnis.com, JAKARTA - Gejolak geopolitik global telah membuat sejumlah negara di dunia meningkatkan kebutuhan pertahanannya. Kondisi tersebut telah membuka peluang bagi industri pertahanan.
Presiden Joko Widodo mengatakan perkembangan global perlu disikapi oleh industri pertahanan dalam negeri. Pasalnya, sejumlah negara telah meningkatkan anggaran pertahanan.
Jokowi mengungkapkan, indikasi tersebut telah terlihat dari meningkatnya anggaran pertahanan negara-negara Nato, Timur Tengah, Asia Timur.
"Saya senang tadi sudah disampaikan oleh direktur utama Defend ID bahwa mereka mentargetkan untuk semua bisa masuk ke 50 perusahaan pertahanan kelas dunia tentu saja dengan produk-produk yang kita miliki sekarang harus dikembangkan sebaik mungkin," katanya Indo Defence 2022 Expo & Forum, Rabu (2/11/2022).
Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose menjelaskan kondisi tersebut memang membuat peluang industri pertahanan meningkat.
Untuk menangkap peluang tersebut, pihaknya akan memperluas kolaborasi dengan mitra-mitra strategis.
Baca Juga
"Dengan melihat opportunity market kita berpartner dan coba masuk ke market sana," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (2/11/2022).
Sementara itu, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Gita Amperiawan mengatakan pihaknya akan meneken MoU dengan Boeing untuk penyediaan tenaga ahli.
Dia mengungkapkan perang Ukraina dan Rusia telah membuat sejumlah hanggar pesawat. Di samping itu, tenaga kerja Boeing Design Center tengah membutuhkan tenaga ahli yang menjadi peluang untuk tenaga ahli antariksa dalam negeri.
"Blue Origin, Space X itu yang lebih kompetitif, itu yang narik banyak orang itu. Ditambah lagi di Ukraina dan moskow design center-nya tutup itu [kebutuhannya] 2.000 enginer," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Dahana Wildan Widarman mengatakan gejolak geopolitik telah meningkatkan harga komoditas energi.
Kondisi itu, lanjutnya, telah meningkatkan aktivitas pertambangan lebih menggeliat, sehingga telah menumbuhkan kebutuhan bahan peledak.
"Jadi memang kalau kita prihatin ada gejolak, di sisi lain ada kebutuhan energi dan sektor batu bara ini yang jadi juga kami opportunity mungkin ke depan bisnis produk komersial masih sexy," ungkapnya.