Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gigit Jari! Petani Garam di Pangenan Cirebon Gagal Panen Sepanjang Tahun Ini

Anomali iklim yang terjadi membuat sepanjang 2022 ini tak bisa melakukan panen.
Petani memasukkan garam yang baru dipanen ke dalam karung di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (25/5/2022). ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Petani memasukkan garam yang baru dipanen ke dalam karung di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (25/5/2022). ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Bisnis.com, CIREBON - Nasib petani garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, tidak menentu. Anomali iklim yang terjadi membuat sepanjang 2022 ini tak bisa melakukan panen.

Ismail Marzuki, perwakilan petani garam di Pangenan menyebutkan penyebab tidak adanya aktivitas panen garam karena curah hujan yang tinggi sepanjang 2022 dan beberapa kali terjangan banjir rob.

Menurut Ismail, seharusnya pada musim kemarau 2022 ini para petani di Pangenan bisa melakukan panen. Namun, musim kemarau singkat membuat proses penggaraman menjadi rusak.

"Tahun ini sangat parah, belum panen sama sekali. Padahal, harga garam saat ini 1200 per kilonya dan itu sangat bagus," kata Ismail saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (13/10/2022).

Akibat hal tersebut, sebagian petani garam di wilayah timur Kabupaten Cirebon ini terpaksa melakukan alih profesi menjadi petani bawang atau jenis sayur lainnya.

Sebagian petani lainnya, kata Ismail, terpaksa mengambil pekerjaan serabutan di luar Kabupaten Cirebon. "Aktivitas mencari uang harus berjalan, masa harus menunggu garam saja," kata Ismail.

Berdasarkan catatan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon, jumlah lahan tambak garam di Kecamatan Pangenan yang tidak mengalami panen pada 2022 ini seluas 800 hektare.

Ratusan hektare lahan tersebut berada di Desa Ender, Pangenan, Bendungan, Rawa Urip, Pengarengan, dan Astana Mukti.

Desa ender, pangenan, bendungan, rawa urip, pengarengan, dan Astana mukti.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKPP Kabupaten Cirebon Mohammad Jamaludin mengatakan pada 2019 produksi garam di wilayahnya mencapai 163.000 ton.

Namun, pada 2020 turun menjadi 2.600 ton. Kondisi tersebut, kian parah pada 2021 yakni, hanya sekira 1.200 ton saja.

"Tahun ini sebagian besar gagal panen. Meskipun ada kemarau, tetapi masih ada banyak hujannnya. Selain itu, bencana banjir rob juga berpengaruh terhadap produksi garam," kata Jamaludin.

Jamaludin mengatakan, pihaknya mendorong pemerintah pusat untuk mengeluarkan solusi terkait permasalahan produk garam. Salah satunya, melalui pembangunan tanggul di wilayah pesisir.

Kemudian, dibangunkan pula pipanisasi dari tengah laut ke lokasi tambak garam milik petani. Kandungan NACL air di tengah, bakal menghasilkan garam kualitas baik.

"Kami terbatas kewenangan. Maka dari itu, kami ajukan kepada pemerintah pusat untuk memecahkan solusi yang dihadapi para petani garam," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper