Bisnis.com, CIREBON - Pegiat pertanian di Kabupaten Cirebon mendorong pemerintah daerah bisa mengakomodir kebutuhan para petani yang mampu menciptakan inovasi baru di sektor andalan tersebut.
Pegiat pertanian Kabupaten Cirebon, Dudi Setiawan mengatakan belum lama ini ada seorang petani di Kecamatan Plered yang mampu menemukan padi varietas baru dan menciptakan pupuk semi organik.
Petani tersebut, kata Dudi, harus mendapatkan hak paten untuk penemuannya tersebut.
"Untuk enempuh proses hak paten dari pemerintah membutuhkan biaya yang tidak sedikit alias mahal. Karena itu, pihaknya akan mendorong Pemda Kabupaten Cirebon untuk bisa mengadopsi temuan petani tersebut," kata Dudi di Kabupaten Cirebon, Senin (15/8/2022).
Dudi mengatakan, selain mendorong hak paten tersebut, diharapkan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mampu mengaplikasikan temuan tersebut di lahan pertanian milik pemerintah daerah.
"Ada ratusan hektare lahan pemda, bisa diplotkan dahulu beberapa kotak sawahnya untuk uji coba. Nanti yang lain bisa mengikuti," kata Dudi.
Usman Efendi, petani di Desa Tegalsari, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, berhasil menemukan padi varietas baru. Padi tersebut merupakan kawin silang antara varietas Ciherang Mantap dengan Inpari 32.
Ditemui di lahan pertaniannya yang berada di Jalan Nyi Gede Cangkring, Kecamatan Plered, Minggu (14/8/2022), Usman menyebutkan rencana kawin silang dua benih padi tersebut sudah dilakukannya sejak lima tahun lalu.
Namun, proses panjang itu baru membuahkan hasil pada 2022 dan segera panen dalam waktu dekat ini.
"Varietas Ciherang Mantap itu sebenarnya memiliki keunggulan bagus dan disukai para tengkulak. Tetapi, kalau dikawin silang dengan Inpari 32 sepertinya bakal lebih bagus. Ternyata, benar lebih baik pada uji coba pertama ini, " kata Usman kepada Bisnis.com.
Usman mengatakan, varietas baru yang belum ia beri nama ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis lainnya. Dalam 1,5 hektare lahan padi, hanya menghabiskan pupuk semiorganik sebanyak tiga kwintal.
Sementara, untuk lahan pertanian lainnya dengan luas yang sama, paling sedikit membutuhkan tujuh kwintal pupuk dan kebutuhan suplai air jauh lebih banyak.
"Hasil produksi dari 1,5 hektare lahan bisa mencapai 7 ton gabah. Sementara, untuk lahan pertanian padi lainnya di Kecamatan Plered hanya mampu menghasilkan lima ton. Kemudian, untuk masa tanam cuma 80 hari," kata Usman.
Setelah uji coba pertama ini sukses, Usman berencana bakal membagikan bibit baru tersebut kepada para petani di wilayah Kecamatan Plered dan sekitarnya.
Dikatakan Usman, permasalahan para yang kerap dialami para petani di kawasan utara yakni, hasil panen tidak sebanding dengan hasil produksi.
"Saya punya pemikiran-pemikiran itu kasihan sama petani, karena tahun depan subsidi ponska dikurangi. Makanya bagaimana caranya agar hasilnya tetap maksimal, tapi biayanya lebih irit," ujar Usman.