Bisnis.com, BANDUNG - Sejumlah lembaga survei dan pakar politik mulai memprediksi sosok-sosok bakal calon yang akan meramaikan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Pasangan yang saat ini santer muncul di publik yaitu Anies Baswedan dan Ridwan Kamil. Kedua gubernur ini banyak mendapatkan tanggapan yang baik dari lembaga survei dan pengamat politik.
Keduanya juga dianggap tepat jika maju dalam kontestasi Pilpres di 2024.
Kedekatan Ridwan Kamil dan Anies Baswedan saat ini cukup intens. Keduanya juga terlibat dalam beberapa kegiatan ke kenegaraan. Salah satunya co-chair G20.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan bahwa dalam kondisi jelang Pilpres 2024, survei elektabilitas dan tafsir politik selalu muncul. Namun, dirinya belum mau terlalu jauh berkomentar, dan masih akan fokus menyelesaikan tugas sebagai Gubernur Jabar.
"Sebagai objek yang disurvei, pendapat saya tidak bisa komentar jauh. Tugas saya bekerja dengan maksimal, kalau bekerja di maknai sebagi potensi elektoral itu mah alhamdulillah. Itu saja," katanya di Bandung, Kamis (4/8/2022).
Pengamat politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karim Suryadi mengatakan pemilihan Anies dan Emil sebagai co-chair G20 adalah pertimbangan objektif berdasarkan kapasitas dan profesionalitas keduanya. Adapun soal kemesraan keduanya bisa dibaca dari berbagai sisi.
"Namun jika keduanya maju, tidak ada yang salah. Kapasitas, pengalaman, dan performance keduanya bagus. Sebagai gubernur, mereka menangani urusan yang dikelola presiden meski dengan lingkup dan skala yang berbeda. Jadi, gubernur adalah tangga menuju kepresidenan yang paling masuk akal," ujarnya.
Karim juga menilai persoalan keduanya dikenal bukan sebagai pimpinan partai politik. Padahal, sampai saat ini tiket capres seperti sudah "diborong" oleh ketua partai.
"Hanya ini persoalannya. Apakah kartu mati? Tidak, bahkan jika pimpinan parpol jeli, jarak yang dibangun RK dengan parpol misalnya, bisa menjadi nilai tambah dalam pandangan publik," ungkapnya.
Di tengah performance parpol yang masih turun naik, Karim menjelaskan, penilaian terhadap keduanya yang bisa menjaga jarak proporsional dengan parpol akan menggugah simpati publik, dan kerelaan untuk mendukungnya.
"Jadi, saya melihat tidak ada persoalan dalam hal kapasitas, kapabilitas, dan keberterimaan publik. Batu ujinya ada pada parpol dalam memilih dan memajaukan kandidat. Aapakah akan semata pimpinan parpol, atau memilih tokoh yang teruji dan bertermia demi menghadirkan pimpinan nasional yang berkualitas," kata dia.