Bisnis.com, BANDUNG - Pemerintah terus melakukan penguatan pekerja lokal untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) Jawa Tengah. Dalam beberapa tahun ke depan, kawasan tersebut memerlukan setidaknya 28.000 tenaga kerja terampil.
"Kebutuhan tenaga kerja di sana sekitar 20.500-an orang, dalam jangka panjang bisa 28.000-an orang. Ini yang harus kita siapkan. Bagaimana pekerja lokal tidak jadi penonton, tapi menjadi pekerja di daerahnya sendiri," kata Deputi II Kantor Staf Presiden (KSP) Abetnego Tarigan pada acara FGD KITB di Trans Luxury Hotel, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, dalam rilis resminya, Jumat (8/7/2022).
Menurut dia, pihaknya saat ini konsen mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) lokal agar memenuhi kebutuhan industri di kawasan tersebut. Saat ini, setidaknya sudah ada 10 investor yang siap beroperasi di KITB. Mereka bergerak di berbagai bidang.
"Kita terus lakukan upaya agar pekerja lokal bisa terserap. Tapi selama ini memang antara kebutuhan dan kesiapan perlu disiapkan. Ini yang terus kita dorong agar mereka punya skil sesuai kebutuhan. Ini proses yang kita dorong agar terjadi mitch mach," jelas dia.
Digelarnya FGD ini, kata dia, untuk mengetahui kebutuhan industri. Sehingga nantinya diharapkan tidak mendatangkan pekerja dari jauh. Mereka harus disiapkan soal softskill, daya tahan, dan lainnya. Nantinya mereka akan dilatih melalui pelatihan BLK, SMK, dan lainnya.
Focus Group Discussion (FGD) kali ini melibatkan antar pemangku kepentingan, mulai dari tingkat kementerian, antara lain; Kemendikbud Ristek RI, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Perindustrian, Bappenas, Kemenparekraf. Untuk tingkat pemerintah daerah, tingkat Provinsi Jawa Tengah, diantaranya Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. Sementara untuk Daerah tingkat II, akan melibatkan dua Kabupaten, Batang dan Cilacap.
Direktur Operasi & Teknik KITB Adler Manarissan Siahaan mengatakan kawasan industri Terpadu Batang dengan branding “Grand Batang City” ini merupakan fast growing company yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional. Kawasan ini dengan total luasan 4.300 hektare yang dibagi menjadi 3 Klaster yakni Creation, Innovation dan Leisure.
"Saat ini, pada fase 1 ada 450 hektare dari klaster 1 sudah berhasil sold out dalam waktu kurang dari 2 tahun. Terdapat 12 investor yang sudah berkomitmen. Tujuh investor diantaranya sudah melaksanakan Perjanjian Pemanfaatan Tanah Industri di Grand Batang City, " jelas dia.
Menurut dia, kegiatan ini menindaklanjuti terkait isu tenaga kerja sebagaimana amanah Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya di KITB pada tanggal 21 April 2021 dan instruksi dari Kantor Staf Presiden (KSP). Penyelenggaraan FGD ini sebagai dukungan kepada Pemerintah, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2019, tentang pengendalian program prioritas nasional dan pengelolaan isu strategis.
Salah satu prioritas utama dibentuknya KITB adalah untuk mendukung penyediaan SDM di Indonesia, utamanya di Provinsi Jawa Tengah. Menuju cita-cita bersama dalam membangun SDM yang terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kerja sama dengan berbagai sektor seperti industri, pemerintah, swasta dan lainnya penting dioptimalkan.
Sementara Grand Batang City merupakan sebuah proyek ambisius dimana Pemerintah Indonesia menyiapkan infrastruktur yang berkualitas.
“Kegiatan FGD dan Rapat Koordinasi ini sebagai katalisator penggerak ekonomi dari sisi suprastrukturnya untuk masa depan,” imbuh Budi Reing Wirawan, GM Human Capital Management PT KITB. (K34)