Bisnis.com, BANDUNG — Penentuan komoditas unggulan yang dikembangkan oleh peserta Petani Milenial menjadi salah satu syarat penting program ini bisa berjalan mulus. Komoditas unggulan yang sukses dikembangkan akan memudahkan offtaker membuka jalan pada pasar.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Jawa Barat Dadan Hidayat mengatakan, untuk menyukseskan program ini pihaknya telah menyiapkan sejumlah komoditas yang dapat diberdayakan oleh petani Milenial.
Selain itu,pihaknya juga memiliki peran untuk melakukan pendampingan atau pembinaan di lapangan dengan melibatkan para petugas penyuluh.
“Kita rekomendasikan jenis komoditas apa untuk tanaman pangan juga holtikultura berdasarkan hasil telaah kita," katanya.
Sejak tahun lalu, DTPH mempersiapkan komoditas unggulan yakni tanaman pangan ubi jalar dan tanaman hias daun hingga jagung hibrida. Komoditas ini dinilai bisa memberikan efek ekonomi signifikan bagi para petani milenial juga memiliki pasar yang luas dan menjanjikan.
Ubi jalar Jepang yang dikembangkan para peserta Petani Milenial sendiri menggunakan teknologi polybag agar menghasilkan produksi yang optimal,sementara untuk sistem pengairan menggunakan teknik springkle.
“Dalam satu polybag ditanami 10 bibit tanaman ubi jalar. Diperkirakan dengan luasan 2.000 meter persegi akan memperoleh penghasilan sebanyak Rp3,7 juta untuk masa tanam pertama, untuk masa tanam selanjutnya akan menghasilkan pendapatan Rp5,4 juta,” tuturnya.
Komoditas ini punya peluang cuan, mengingat ubi jalar memiliki banyak produk turunan antara lain pakan ikan, tepung, mie ubi tinggi vitamin alias mie satsumaimo. Pasar lokal sendiri kata Dadan membutuhkan ubi jalar untuk produk mie sebesar 30 ton/hari.
“Chip itu 700 ton/bulan untuk diekspor ke India, 160 ton/ minggu untuk diekspor ke Hong Kong, Uni Emirat Arab dan China,” katanya.
Sementara untuk budi daya tanaman hias daun pihaknya memusatkan budi daya di Margahayu, Lembang, Bandung Barat dan Pasirbanteng, Sumedang. Sedangkan untuk jenis hortikultura, menurut dia, komoditas tanaman hias memiliki potensi yang menjanjikan, tak terkecuali untuk tujuan pasar ekspor.
Sejauh ini, tanaman hias asal Jabar telah terbang dan diminati di berbagai negara, seperti ke Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Kanada, Siprus dan Inggris.
Pada awal peluncuran Petani Milenial, DTPH Jabar menyiapkan sedikit 12 jenis tanaman hias sebagai rekomendasi untuk Petani Milenial, antara lain aglaonema pictum, cyrtosperma hambalii, crystosperma goeldiana, dracaena jiewhoei, homalomena merah, homalomena hijau, homalomena Papua, piper Papua, raphidophora tenuis hijau, amydrium silver, alocasia brachifolia, alocasia jacklyn, alocasia lauterbachiana, alocasia silver scale, alocasia dragon sclae.
“Tanaman hias memiliki potensi ekspor yang bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp4 juta per bulan,” ujarnya.
Sementara untuk jagung hibrida, gambarannya, satu hektare lahan menghasilkan 5,5-6 ton jagung hibrida. Harga jagung hibrida berada di angka Rp5.000 per kilogram. Jika ditotalkan, setiap petani milenial mampu mendapatkan Rp27,5 juta. Menarik bukan?
Bisnis Indonesia perwakilan Jawa Barat menggelar Program Jelajah Petani Milenial Juara. Perjalanan jurnalistik ini turut didukung oleh Humas Jabar dan Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat, Dinas Kehutanan Jawa Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, Dinas Perkebunan Jawa Barat, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat, dan Bank BJB.