Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Desa Gegesik Kulon, Bangkit dari Keterpurukan Lewat Budaya Lokal

Meskipun jumlah penduduk hanya 5.783 jiwa, desa tersebut berbeda dengan desa lainnya karena sebagian warganya masih menjaga kelestarian seni budaya.
Setiap wisatawan yang datang ke Desa Gegesik Kulon, selalu disuguhkan atraksi wayang kulit, seni ukir, seni tari topeng, dan seni rampak kendang. Beberapa sanggar di desa tersebut pun sangat terbuka bagi para wisatawan yang ingin lebih dalam mengenal seni khas Cirebon itu./Istimewa
Setiap wisatawan yang datang ke Desa Gegesik Kulon, selalu disuguhkan atraksi wayang kulit, seni ukir, seni tari topeng, dan seni rampak kendang. Beberapa sanggar di desa tersebut pun sangat terbuka bagi para wisatawan yang ingin lebih dalam mengenal seni khas Cirebon itu./Istimewa

Bisnis.com, Cirebon - Melandainya penyebaran Covid-19 membawa angin segar bagi dunia pariwisata di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Dibukanya kembali sektor tersebut, diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat yang sempat terpuruk akibat pagebluk corona.

Per Minggu (24/10/2021), kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kabupaten Cirebon menembus angka 24.318 kasus. Dari angka tersebut, jumlah warga yang saat ini masih dirawat di rumah sakit atau menjalani isolasi mandiri hanya 32.

Kondisi melandainya penyebaran wabah ini terjadi selama beberapa bulan terakhir. Ini juga berpengaruh terhadap bed occupancy rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit yang terus mengalami penurunan.

Berdasarkan data dari Pikobar Jabar BOR di Kabupaten Cirebon hanya terisi 20 dari total kapasitas 417.

Bak gayung bersambut, warga Desa Gegesik Kulon di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon yang semula kadung gundah, kini sebaliknya menyambut baik semakin menurunnya laju kasus akibat virus corona itu.

Desa Gegesik Kulon memiliki luas 402 hektare dan berada di wilayah Kabupaten Cirebon bagian barat. Meskipun jumlah penduduk hanya 5.783 jiwa, desa tersebut berbeda dengan desa lainnya karena sebagian warganya masih menjaga kelestarian seni budaya.

Mayoritas bekerja sebagai petani, warga desa tersebut setiap tahunnya melakukan Mapag Sri. Acara itu merupakan tradisi untuk menyambut panen raya, sedekah bumibumi, dan barikan untuk menolak bencana atau pun marabahaya lainnya.

"Puncaknya selalu ada pementasan wayang kulit. Namun, akibat pandemi Covid-19, kegiatan tersebut urung dilaksanakan. Berharap pandemi segera beres supaya desa ini dibanjiri lagi wisatawan," kata Kuwu Desa Gegesik Kulon Gatot Subroto, Minggu (24/10/2021).

Setiap wisatawan yang datang ke Desa Gegesik Kulon, selalu disuguhkan atraksi wayang kulit, seni ukir, seni tari topeng, dan seni rampak kendang. Beberapa sanggar di desa tersebut pun sangat terbuka bagi para wisatawan yang ingin lebih dalam mengenal seni khas Cirebon itu.

Untuk membuat wayang kulit, wisatawan cukup mendatangi kediaman Ki Sawiyah. Pria berkepala plontos ini, sangat senang menerima pengunjung yangi ingin mengetahui secara langsung pembuatan wayang kulit. Bagi Ki Sawiyah, edukasi perlu diberikan sebagai upaya regenerasi.

Sementara, bila ingin mengenal lebih jauh seni tari topeng khas Cirebon, bisa datang langsung ke sanggar seni Sapta Arja. Seni tari dari Gegesik Kulon berbeda dengan tari sejenis lainnya di Cirebon.

Selain itu, desa ini juga memiliki sajian kuliner khas yang tidak ditemui di wilayah Cirebon lainnya, yakni manuk brekek. Makanan olahan tersebut merupakan burung habitat sawah yang diolah hingga memiliki cita rasa tinggi.

Top 50 ADWI

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendorong, potensi wisata seni dan budaya yang ada di Gegesik Kulon menjadi daya tarik.

Desa Wisata Gegesik Kulon masuk ke dalam daftar 50 besar dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Hal tersebut dilakukan untuk membangkitkan perekonomian mereka di tengah pandemi Covid-19.

Menteri Parekraf Sandiaga Uno mengatakan, desa tersebut memiliki banyak potensi, lantaran masyarakat sekitar masih menjaga kelestarian seni dan budaya lokal meskipun sebagian besar bekerja sebagai petani.

Menurut Sandiaga, pihaknya sangat mengapresiasi kearifan lokal desa tersebut. Kemenparekraf juga memberikan kebebasan kepada dewan juri yang terdiri dari berbagai unsur pentaheliks untuk menilai.

"Desa Gegesik Kulon memiliki kekuatan seni dan budaya, langkah strategis untuk memajukan kita menghadirkan atraksi dari kesenian gamelan, kemudian amenitas dari sisinya homestaynya perlu ditingkat dan kemudian aksesibilitas yang memudahkan bagi wisatawan,” kata Menparekraf Sandiaga Uno beberapa waktu lalu.

Sandiaga mengatakan, desa yang biasa disebut Kampung Seniman ini dimanfaatkan sebagai warisan kesenian dan kebudayaan, nantinya pun bisa menjadi wisata edukasi seni dan budaya di Kabupaten Cirebon.

Beberapa kekayaan budaya yang menjadi tolok ukur Desa Gegesik Kulon masuk ke dalam anugerah tersebut di antaranya, ada teni tari Topeng 5 Wanda karakter panji, samba, rumiang, temenggung, dan kelana. Kemudian, ada gamelan prawa dan pelog, rampak kendang, sandiwara, dalang wayang, ronggeng bugis, berokan (barongsai dengan budaya lokal), wayang sabet, dan wangsalan (pantun Jawa).

“Kami akan terus mempromosikan potensi desa melalui konten-konten kreatif dan mudah-mudahan bisa menjadi viral sehingga mendatangkan wisatawan lebih banyak agar dapat membuka lapangan kerja. Kearifan lokal dari seni tari topeng panji dan kelana yang menceritakan proses kehidupan dari bayi sampai menjadi kelana yang penuh angkara murka harus dijahit dalam storytelling yang merajut keindahan kearifan lokal,” kata Menparekraf Sandiaga.

Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengatakan, mengucapkan banyak terimakasih kepada Menparekraf yang sudah memasukkan Desa Gegesik Kulon masuk 50 Desa Wisata Indonesia. Kabupaten Cirebon merupakan basis budaya dan pariwisata. Sejak lama, pelestarian budaya yang ada di wilayah tersebut dilakukan oleh semua generasi.

"Meminta kepada Menparekraf Sandiaga Uno untuk ikut membantu Pemerintah Kabupaten Cirebon dalam pembangunan di sektor pariwista. Kabupaten Cirebon sangat banyak sektor pariwisata, seperti wisata alamnya, wisata batik dan lainnya tetapi belum maksimal dalam pengelolaannya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper