Bisnis.com, PURWAKARTA – Pemkab Purwakarta mengembangkan layanan kepariwisataan berbasis teknologi yang dinamakan Sistem Informasi pariwisata Purwakarta terintegrasi (Sipinter Berisi)
Kabid Pariwisata pada Dinas, Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) Kabupaten Purwakarta Acep Yulimulya menuturkan pihaknya sengaja membuat aplikasi tersebut guna memudahkan masyarakat. Terutama, bagi mereka yang membutuhkan informasi mengenai kepariwisataan di wilayah kerjanya.
“Saat ini, semua informasi mengenai kepariwisataan di Purwakarta bisa diakses melalui alat khusus menyerupai smartphone besar yang disimpan di beberapa area publik,” ujar Acep kepada Bisnis.com, Selasa (5/10/2021).
Acep menjelaskan, program ini merupakan pelengkap dari layananan 'Sampurasun Purwakarta' atau aplikasi android yang telah diluncurkan sebelumnya. Bedanya, jika Sampurasun Purwakarta adalah sebuah aplikasi yang diakses melalui smart phone, untuk Sipintar Berisi itu merupakan bentuk fisik dari layanan kepariwisataan.
Dia melanjutkan, ada banyak menu pilihan layanan dalam media informasi tersebut. Misalnya, informasi mengenai rumah makan khas, kafe, tempat nongkrong dan lokasi wisata (alam, kuliner dan religi) yang ada di Purwakarta.
Nantinya, sambung dia, media tersebut bakal menampilkan lokasi yang hendak dituju masyarakat, berikut dengan penunjuk jalannya. Selain itu, dalam media tersebut masyarakat bisa melihat data mengenai jumlah kunjungan wisatawan di masing-masing destinasi.
“Dengan media ini, pelayanan kepariwisataan menjadi lebih praktis,” kata dia.
Manurut dia, inovasi yang dilakukan dinasnya ini bisa menjadi pelengkap pelayanan di sektor kepariwisataan di wilayahnya. Karena, tak bisa dipungkiri saat ini kemajuan teknologi semakin pesat. Tentunya, pemerintah harus bisa bersaing. Salah satunya, dengan menerapkan pelayanan-pelayanan berbasis teknologi seperti ini.
Terkait Covid-19, di masa pandemi seperti sekarang ini sektor pariwisata memang menjadi salah satu yang terdampak. Bahkan, sejak mewabahnya Covid-19, pihaknya beberapa kali terpaksa meminta para pengelola untuk menghentikan sementara aktivitas pariwisata.
Dengan kondisi tersebut, kata Acep, jelas sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke wilayahnya. Sebagai perbandingan, kata dia, di 2019 lalu jumlah kunjungan ke wilayahnya mencapai 2,5 juta wisatawan.
“Sedangkan, di 2020 kemarin, kunjungan ke kita hanya di angka 978.000 wisatawan dari target 2,5 juta pengunjung yang jika dipersentasekan itu kurang dari 40 persen,” jelas dia.
Acep menambahkan, di masa pandemi ini pihaknya juga turut mendorong supaya para pengelola mengedepankan protokol kesehatan yang ketat. Termasuk, mendorong para pelaku usaha pariwisata untuk divaksin.
“Kita juga mendorong supaya mereka mendapat sertifikat CHSE sebagai jaminan kepada wisatawan. Sampai saat ini, baru ada 12 pelaku pariwisata yang telah memiliki sertifikat tersebut,” pungkasnya. (K60)