Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gegara Pandemi, Petani Kopi di Purwakarta Sulit Jual Hasil Panen

Perkebunan kopi di Kabupaten Purwakarta tersebar di empat kecamatan yang ada di wilayah selatan, yakni Wanayasa, Bojong, Darangdan, dan Kiarapedes.
Petani merawat tanaman kopi di lereng Gunung Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah. /Antara-Anis Efizudin
Petani merawat tanaman kopi di lereng Gunung Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah. /Antara-Anis Efizudin

Bisnis.com, PURWAKARTA — Potensi produk kopi di Kabupaten Purwakarta redup disengat pandemi Covid-19. Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan Giri Pusaka, Asep Rahmat Saleh Setiaji menuturkan, hasil produksi kopi di wilayah padahal mulai menjanjikan meskipun belum lama digarap secara serius. 
 
“LMDH Giri Pusaka, memiliki pangkuan lahan seluas 319 hektar di Kecamatan Kiarapedes. Dari luas lahan itu, 20,7 hektar di antaranya untuk wisata sedangkan sisanya untuk penggarap kopi dan cengkeh,” ujar Asep kepada wartawan, Senin (23/8/2021).

Adapun perkebunan kopi di Kabupaten Purwakarta tersebar di empat kecamatan yang ada di wilayah selatan, yakni Kecamatan Wanayasa, Bojong, Darangdan, dan Kiarapedes.
 
Asep mengklaim, kopi asal Kecamatan Kiarapedes ini juga sempat menjadi primadona dalam West Java International Coffee Festival 2019 lalu. Ada tiga keunggulan dari kopi yang dihasilkan masyarakat Desa Pusakamulya ini.

Ia menjelaskan keunggulannya antara lain kadar asam kopi medium, mengandung rasa rempah dan rasanya sama saat diminum pada suhu hangat maupun dingin. Hal itu pun diakui para pecinta kopi yang hadir pada acara yang digelar di Kota Bandung saat itu.

Namun untuk perkebunan kopi tersebut, Asep mengaku, di masa pandemic ini sangat terasa dampaknya secara tidak langsung. Di antaranya, dari penurunan ekonomi setelah pandemi dan PPKM. Karena, yang jadi kendala bagi petani, itu soal pemasaran.

“Biasanya dipasarkan di lokasi wisata (termasuk kafe-kafe), sekarang tutup. Otomatis berpengaruh pada penjualan,” jelas dia.

Asep menambahkan, para petani biasanya menjual hasil panen kopi secara ‘gelondongan’ atau yang masih berbentuk buah ceri. Harga jualnya, sekitar Rp8.500 per ons. Setelah diolah menjadi biji kopi (green bean) harganya naik menjadi Rp90.000. Sementara itu, untuk produk kopi hasil panggangan rata-rata dijual Rp30.000 per ons.

Asep berharap pemerintah daerah memberikan solusi agar penjualan kopi lokal meningkat. Menurutnya, produk Kopi Purwakarta memiliki potensi ekonomi yang lebih besar pada tahun depan jika dilihat dari kondisi perkebunannya saat ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Asep Mulyana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper