Bisnis.com, PURWAKARTA – Penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) membuat ratusan sopir angkutan kota (angkot) di Kabupaten Purwakarta terseok-seok. Mereka mengaku mengalami penurunan penumpang secara drastis, imbas dari penutupan jalan.
Sekretaris Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Purwakarta Junaedi Tajudin tak menampik hal itu. Menurut dia, pascapenerapan PPKM sebagian besar sopir angkot dan angdes memilih berhenti beroperasi ketimbang merugi.
“Rata-rata per trayek, itu ada 20-30 persen (armada) yang tak jalan. Karena menurut mereka, kalau pun memaksakan jalan, itu malah merugi. Untuk sekedar setor ke pemilik mobil saja, hasilnya tak akan menutupi,” ujar Junaedi kepada wartawan, Selasa (3/7/2021).
Junaedi menjelaskan, menurut perhitungannya jumlah armada angkutan kota di Purwakarta mencapai sekitar 1.000 unit. Mereka terbagi dalam delapan jalur perkotaan dan enam jalur perdesaan. Selama PPKM, hampir seluruhnya mengalami penurunan penghasilan.
“Biasanya sopir bisa menyetor Rp70.000 per hari ke pemilik mobil. Sekarang, hanya Rp40.000 per hari. Sisa ini itu, sopirnya paling dapat Rp30.000,” kata dia menirukan pengakuan para supir angkot.
Selain itu, penutupan jalanan utama di wilayah perkotaan juga diakui semakin menyulitkan para sopir angkot. Junaedi menyebutkan ada setidaknya tujuh jalur angkot yang langsung terdampak penutupan jalan, khususnya pada pagi-siang hari setiap Sabtu-Minggu.
“Alhamdulillah, supir angkot sudah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah berupa beras untuk 800 orang. Setiap orang kebagian lima kilogram beras,” jelas dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Purwakarta Iwan Soeroso memperkirakan, selama PPKM ada penurunan penumpang mencapai lebih dari 50 persen berdasar hasil pengamatan petugas di Terminal Ciganea dan sekitar perempatan Sadang.
“Sebelum PPKM rata-rata (penumpang angkot) sekitar 50-75 persen dari kapasitas tempat duduk. Sewaktu PPKM paling banyak sekitar 20-30 persen (tempat duduk yang terisi penumpang).” (K60)