Bisnis.com, BANDUNG — Fesyen menjadi salah satu industri tahan banting yang tetap berdiri meski pandemi melanda. Perkembangannya yang dinamis membuat para pelaku usaha di sektor ini terus berinovasi mengikuti zaman.
Salah satunya brand Alope. Pemilik usaha Alope, Muhammad Firman Faik mengatakan Alope yang resmi didirikan pertengahan 2020 sebenarnya sudah digelutinya sejak 2018 saat sistem cash on delivery (COD) mulai marak.
Bisnisnya tersebut memiliki spesialisasi di produk alas kaki, seperti sepatu dan sandal. "Saat ini kita menggeluti untuk pria saja," ujar Firman dalam keterangan yang diterima Bisnis, Kamis (23/6/2021).
Pria asal Pemalang, Jawa Tengah, ini menjelaskan, nama Alope diambil dari nama seorang Dewa Yunani yang digambarkan sebagai pembawa kesuburan. Harapannya, brand Alope dapat terus tumbuh subur dalam kesuksesan.
Alope konsisten mengeluarkan produk dengan desain baru setiap bulan dengan omzet per bulan mencapai Rp350 juta sampai Rp500 juta. Produk-produknya merupakan hasil produksi sendiri yang dikejakan 20 karyawannya.
"Jumlah karyawan ada 20, sedangkan reseller ada 100 sekian di seluruh Indonesia," ungkapnya. Ada pula dropshipper dan distributor yang membeli barang dalam jumlah besar.
Sandal pria menjadi produk yang selalu best seller, yang diproduksi sebanyak 10.000 pasang per bulannya. Alope juga mampu memproduksi hingga 5.000 pasang sepatu per bulan.
Keunggulan alas kaki Alope, kata Firman, terletak di kualitas dan modelnya yang simpel dan elegan. Sandal Alope dikenal dengan kombinasi warna yang unik, yang membuat produknya selalu diburu pelanggan.
Berbicara soal kualitas, Firman mengatakan, alas kaki Alope menggunakan bahan kulit dan sol thermoplastic rubber (TPR). Jenis sol ini mampu mengatasi slip di jalanan licin, juga empuk dan nyaman dipakai.
"Kita dapat dari impor dan lokal. Kadang kalau impor lagi susah, kita pakai yang lokal. Impor biasanya dari China," jelasnya.
Harga yang ditawarkan mulai dari Rp40.000 hingga Rp55.000 untuk sandal. Sementara harga sepatu berkisar di Rp70.000-Rp85.000.
Firman menuturkan, dalam jangka panjang Alope berencana memproduksi tas dan jam tangan. Modelnya masih dikhususkan untuk pria.
Menurutnya, Alope sempat terkena dampak pandemi dengan menurunnya penjualan. Saat itu, ia bahkan harus memotong gaji karyawan meski tidak ada yang dirumahkan.
"Untuk menjaga kestabilan, di awal beban produksi besar tapi pendapatan menurun, akhirnya karyawan dipotong gaji tapi gak ada pengurangan," ungkapnya.
Namun tak lama, Firman berstrategi memasarkan produk alas kaki impor dari China yang membantu mendongkrak penjualan Alope. Alope kembali bangkit dan bahkan bisa merekrut karyawan baru.
Firman mengaku yakin bisnis fesyen memiliki masa depan yang cerah, terlebih jika pemerintah turut andil.
"Kemarin ada isu produk China akan masuk ke Indonesia, dari fesyen. Saya juga agak gugup di sini, berat banget," jelasnya.
Namun pemerintah kemudian menggaungkan penguatan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dianggapnya sebagai kesempatan bagi pengusaha untuk semangat mengembangkan bisnis.