Bisnis.com, BANDUNG - Bupati Bandung Dadang Supriatna akan mengevaluasi program peningkatan ketahanan pangan guna percepatan penanganan stunting di Kabupaten Bandung.
Di era kepemimpinannya, Pemkab Bandung dipastikan akan terus berupaya mendorong tercapainya ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan bagi masyarakat Kabupaten Bandung. Sehingga, masyarakat dapat mengakses pangan yang sehat dan aman secara berkelanjutan.
Masalah pangan sendiri merupakan salah satu isu nasional dan global, serta menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka prevalensi stunting dan rendahnya kualitas gizi masyarakat.
Terlebih dalam situasi pandemi saat ini, bukan hanya aspek ketersediaan dan distribusi, tapi juga aspek konsumsi dan keamanan pangan bagi masyarakat menjadi prioritas arah kebijakan pemerintah Kabupaten Bandung. Di mana keempat hal itu sangat berpengaruh pada prevalensi angka stunting.
“Kita akan lihat program apa saja yang selama ini sudah berjalan, dan program apa yang masih diperlukan. Tentu kita akan terus mendorong penumbuhan simpul pangan regional kabupaten dan lokal, dalam memenuhi pangan yang sehat dan aman bagi masyarakat melalui kolaborasi dan peran aktif masyarakat,” ucap Bupati Dadang Supriatna, Minggu (9/5/2021).
Data Indeks Ketahanan Pangan (IKP) yang dikeluarkan oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian menyebutkan, bahwa IKP Kabupaten Bandung sebesar 79,08 poin pada tahun 2020 meningkat 2,03 poin dibandingkan tahun 2019.
Skor IKP tersebut meliputi indeks ketersediaan sebesar 69,28 poin, indeks keterjangkauan sebesar 85,28 poin, dan indeks pemanfaatan 81,78 poin.
Tahun kedua pandemi Covid-19, tutur bupati, memberikan tantangan besar bagi pemerintah. Selain bidang kesehatan, juga dihadapkan pada ancaman stunting. Hal ini disebabkan pandemi covid-19 yang sangat berpengaruh pada perekonomian.
“Saat daya beli rumah tangga menurun, tentu akan berdampak pada kurang terpenuhinya asupan gizi pada anak maupun ibu hamil. Oleh karena itu, pemulihan daya beli masyarakat menjadi poin penting,” tutur bupati yang akrab disapa Kang DS itu.
Peranan keluarga sebagai komunitas masyarakat terkecil, sangatlah penting dalam mendukung upaya mengatasi masalah gizi, terutama pada asupan gizi keluarga. Mulai dari penyiapan makanan, pemilihan bahan makanan, sampai menu makanan serta berbagi informasi dan pengetahuan bagi peningkatan status gizi masyarakat.
Pada kesempatan yang sama, Kang DS mengapresiasi Yayasan Pilar Tunas Nusa Lestari. Yayasan ini telah melakukan uji coba pengembangan pusat pencegahan stunting di RW 11 Desa Rancaekek Wetan Kecamatan Rancaekek bertajuk Ruang Riung Ceria (RRC).
“Apa yang dilakukan oleh yayasan sebagai salah satu unsur pentahelix ini, diharapkan dapat menjadi daya ungkit dorong bagi masyarakat, untuk meningkatkan pemahaman tentang stunting. Kemudian mengupayakan pencegahan, sekaligus membangun kemandirian untuk kesejahteraan masyarakat yang lebih baik,” beber Kang DS.
Di acara yang sama, Kepala Bappeda Kabupaten Bandung Cakra Amiyana mengatakan, penumbuhan ekosistem simpul pangan merupakan upaya yang inklusif dan intensif dari Pemkab Bandung, bersinergi dengan Pemerintah Pusat dan Pemprov Jabar, serta berkolaborasi dengan organisasi kemasyarakatan, filantropi dan pelaku usaha serta akademisi dan media.
Simpul pangan dikembangkan untuk memberikan jaminan ketersediaan pangan yang sehat dan aman bagi masyarakat Kabupaten Bandung.
“Di samping itu, juga memberikan layanan bagi pelaku usaha sektor pertanian dan perikanan. Terutama dalam peningkatan nilai tambah dan skala usaha, serta penciptaan inovasi ketahanan pangan,” pungkas Cakra. (K34)