Bisnis.com, BANDUNG — Hantaman pandemi Covid-19 ke Jawa Barat menyebabkan ekonomi provinsi tersebut terkontraksi cukup dalam pada triwulan II 2020 sebesar 5,98 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat Dyah Anugrah Kuswardani mengatakan ekonomi Jawa Barat triwulan II-2020 dibanding triwulan II-2019 (y-on-y) terkontraksi 5,98 persen. Bahkan jika dibandingkan dengan triwulan I 2020, penurunan mencapai 4,95 persen.
“Terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan ini sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan aktivitas produksi di beberapa lapangan usaha,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (5/8/2020).
BPS Jawa Barat mencatat pada Semester II 2020 hanya empat kategori lapangan usaha yang masih mampu tumbuh positif, yaitu lapangan usaha Informasi dan Komunikasi tumbuh sebesar 39,75 persen; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang tumbuh sebesar 9,21 persen; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh sebesar 7,64 persen; dan Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 6,86 persen.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II-2020 (y-on-y), lapangan usaha Informasi dan Komunikasi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 1,74 persen, diikuti Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 0,62 persen; Jasa Pendidikan sebesar 0,19 persen dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,01 persen.
Bahkan pada perekonomian sisi pengeluaran kontraksi pada triwulan II-2020 terhadap triwulan II-2019 (y-on-y) terjadi pada seluruh komponen. Kontraksi tertinggi terjadi pada Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 11,07 persen; diikuti Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,74 persen; Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,45 persen; Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga sebesar 4,73 persen; Perubahan Inventori sebesar 1,57 persen dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 0,87 persen.
Dyah memaparkan komponen Impor Barang dan Jasa yang berlaku sebagai pengurang pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi dua digit yaitu sebesar 12,10 persen. Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi (SOG) Jawa Barat triwulan II2020 (y-on-y).
“Ada dua komponen PDRB Pengeluaran dengan kontribusi terbesar menyumbangkan andil negatif terhadap perekonomian Jawa Barat yaitu Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 3,34 persen, diikuti Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 2,64 persen, sementara komponen lainnya juga memberikan andil negatif,” tuturnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pembukaan ekonomi di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) sejak Juni lalu bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi Jabar agar tetap positif.
“(Dampak pandemi) pertumbuhan ekonomi semua daerah menurun dan Jawa Barat mencoba agar tidak turun minus di bawah nol. Kami (Pemda Provinsi Jabar) berjuang agar ekonomi kita bisa tumbuh di atas nol walaupun turun dari angka lima persen (saat 2019),” tuturnya.