Bisnis.com, BANDUNG – Sinergisitas dan integrasi dibutuhkan dalam membangun industri ekonomi syariah yang saat ini pangsa pasarnya masih di kisaran 6% di Jawa Barat.
Direktur Utama PT Bank BJB Syariah Indra Falatehan mengatakan bahwa saat ini perkembangan industri keuangan syariah yang telah mengakar di berbagai sektor seperti perbankan syariah, asuransi, dan bentuk-bentuk layanan keuangan syariah nonbank lainnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sayangnya, industri jasa keuangan syariah dengan volume usaha dan kekuatan permodalan kecil memiliki keterbatasan untuk meningkatkan daya saing dengan sistem keuangan konvesional, khususnya dalam berinvestasi pada teknologi dan SDM.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal tersebut, kata Indra, Bank BJB Syariah bekerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan dan mendorong ekosistem halal, salah satunya dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaran Ibadan Haji (BPS-BPIH), Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Umrah (BPS-BPIU), serta Kemeterian Pariwisata. Peran media juga diakui sangat signifikan guna mengedukasi dan menyosialisasikan ekonomi syariah ini.
“Tentu dengan kerja sama ini kami ingin mendorong pertumbuhan di syariah. Bank BJB syariah dengan tangan terbuka siap bekerja sama dengan semua pihak untuk mendorong ekosistem halal,” kata Indra, Kamis (13/2/2020).
Pemimpin Divisi Penyelamatan dan Penyelesaian Pembiayaan Bank BJB Syariah, Asep Syarifudin menambahkan untuk mendongkrak pengembangan industri halal, perseroan berusaha memunculkan inovasi produk, mempermudah akses produk dan layanan, serta meningkatkan promosi dan literasi industri halal.
“Meski demikian masih banyak tantangan yang dihadapi untuk memperkuat ekosistem halal tersebut. Penguatan literasi, sinergi, dan kolaborasi yang dilakukan dengan berbagai pihak diharapkan akan memperkuat keuangan syariah,” kata Asep.
Kepala Bagian Pengawasan Nonbank OJK Kantor Regional 2 Jawa Barat, Noviyanto Utomo, mengatakan bahwa pemerintah senantiasa mendukung optimalisasi ekosistem ekonomi syariah. Tujuan utama tentunya membentuk lembaga perbankan syariah di Indonesia yang stabil, kontributif, dan inklusif.
“Sinergi dan semangat berjemaah antar pemangku kepentingan harus terus ditingkatkan untuk menciptakan industri keuangan syariah yang makin mewarnai perekonomian nasional dan menjadi instrumen keuangan yang dipercaya masyarakat Indonesia,” ujar Noviyanto.
Sekedar catatan, produk halal telah menjadi ekosistem baru dalam bisnis dunia. Beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Inggris, Rusia, Tiongkok, dan Eropa Tengah berlomba-lomba membangun berbagai fasilitas demi mengembangkan bisnis produk halal.
Mengutip data Global Islamic Economy Report (GIER) 2016-2017, hingga tahun 2021 konsumsi makanan halal, produk keuangan Islam, travel, fashion, media dan rekreasi, kesehatan, serta kecantikan diperikan meningkat pesat, yang memicu kebutuhan akan konsumsi halal.
Populasi Muslim dunia diperkirakan mencapai 2,2 miliar jiwa pada 2030 atau 23 persen populasi dunia. Jumlah terbanyak ada di Asia Pasifik, Timur Tengah, Afrika Sub-Sahara, Eropa, hingga Amerika Utara dan Amerika Latin. Populasinya diperkirakan akan bertambah menjadi 29 persen populasi dunia hingga 2050.
Di Indonesia, industri halal menjadi sektor prioritas yang dikembangkan pemerintah melalui masterplan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) 2019. Indonesia merepresentasikan pasar industri halal terbesar di dunia dengan nilai US$218,8 miliar pada 2017. Nilai tersebut diperkikan akan terus bertambah sekitar Compound Annual Growth Rate (CAGR/rasio pertumbuhan rata-rata gabungan) 5-6% per tahun.
Pemerintah saat ini tengah fokus untuk mengembangkan destinasi wisata halal agar proyeksi tersebut tercapai. Laporan Global Islamic Economy Summit menyatakan bahwa belanja wisata halal tercatat turn over US$184 miliar pada 2017, terutama dari negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC) yang jumlahnya relatif sedikit, tetapi mempunyai rata-rata pengeluaran sampai US$ 5.000 per kunjungan. Pada 2023, diperkirakan pangsa pasar wisata halal akan mencapai US$ 177 triliun.
Sektor makanan dan minuman halal, saat ini menjadi sektor dengan potensi terbesar di Indonesia. Pada 2018, belanja kedua sektor tersebut mencapai US$170,2 miliar. Sektor ini merupakan yang terbesar dari industri halal dan dapat berkontribusi sekitar US$3,3 miliar dari ekspor Indonesia ke negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dan negara non-OKI.
Pertumbuhan ekosistem halal ini mendongkrak pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah. Halal food punya potensi Rp 2.300 triliun, Islamic fashion hingga Rp 190 triliun, Islamic tourism mencapai Rp 135 triliun, haji dan umrah sebesar Rp 120 triliun, dan pendidikan berpotensi Rp 40 triliun. Potensi itu belum mencakup seluruh pendapatan seperti Dana Pihak Ketiga (DPK), pembiayaan, dan transaksi bank lainnya yang berasal dari nasabah Muslim.