Cegah Stunting, FBS Gulirkan Bandung SAE

Forum Bandung Sehat (FBS) menggulirkan program Bandung Sadayana ASI Eksklusif (SAE) sebagai salah satu upaya menekan angka stunting di Kota Bandung.
Ilustrasi anak 'stunting' atau kerdil yang antara lain disebabkan kurang gizi./Istimewa
Ilustrasi anak 'stunting' atau kerdil yang antara lain disebabkan kurang gizi./Istimewa

Bisnis.com, BANDUNG — Forum Bandung Sehat (FBS) menggulirkan program Bandung Sadayana ASI Eksklusif (SAE) sebagai salah satu upaya menekan angka stunting di Kota Bandung.

Sebagaimana diketahui, Global Nutrition Report Tahun 2017 melansir bahwa 36% anak Indonesia usia 0-5 tahun mengalami stunting. Angka tersebut membawa Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat stunting tertinggi di dunia, jauh melebihi rata-rata negara di Asia.

Di Kota Bandung sendiri tercatat 25,8% balita mengalami stunting. Hal itu menjadi perhatian khusus Ketua Forum Bandung Sehat, Siti Muntamah Oded. Bandung SAE ini menjadi salah satu solusi untuk menurunkan angka stunting dengan pendekatan ASI eksklusif.

Umi, panggilan akrab Siti mengungkapkan, hanya 45% ibu di Kota Bandung yang menyusui bayinya secara eksklusif selama 6 bulan. Angka tersebut jauh dari harapannya. Oleh karena itu, Bandung SAE diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pemberian ASI kepada anak.

“SAE adalah program untuk memenuhi hak anak, setiap anak harus mendapatkan ASI ibunya kecuali ada faktor-faktor tertentu yang sangat kritis sampai ibu tidak bisa memberikan ASI. Karena hari ini hanya 45% ibu di Kota Bandung yang telah memberikan ASI-nya sampai 6 bulan,” beber Umi, Minggu (15/9).

Sementara itu, Ketua Tatanan Ketahanan Pangan dan Gizi Forum Bandung Sehat, Sofa Rahmania menuturkan, FBS akan melaksanakan sejumlah gagasan. Pertama, FBS akan memberikan pelatihan kepada 5.000 orang kader untuk menggalang dukungan kepada ibu dalam memberikan ASI.

Para kader terdiri dari penyuluh Keluarga Berencana (KB), kader Posyandu, serta Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) se-Kota Bandung.

Selain itu, program ini juga akan mengadvokasi ruang-ruang publik untuk menyediakan ruang laktasi, baik itu di perkantoran, pusat perbelanjaan, sarana pendidikan, dan fasilitas umum lainnya. Hal itu dilakukan untuk memudahkan ibu untuk menyusui di mana dan kapan saja saat diperlukan.

Bandung SAE juga akan mengoptimalkan peran konselor laktasi dengan bekerja sama dengan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). Para konselor ASI ini bertugas untuk memberikan konseling tentang ASI sehingga para ibu yang memiliki kendala dalam memberikan ASI eksklusif bisa berkonsultasi langsung dengan para ahli.

Terakhir, Bandung SAE juga akan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengampanyekan 10 langkah sukses menyusui. Di dalamnya termasuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Rawat Gabung. IMD adalah cara untuk memudahkan bayi dalam memulai proses menyusui. Sedangkan Rawat Gabung adalah menempatkan bayi dan ibu dalam satu ruang perawatan pasca melahirkan.

“Program ASI ini adalah salah satu upaya pemenuhan hak anak. Jadi mari kita memudahkan ibu, baik dari keluarga, maupun lingkungan, dan mengampanyekan fasilitas menyusui di ruang publik. Sampai suatu hari kita targetnya ingin ada Perda tentang ASI dan MPASI (Makanan Pengganti ASI),” ujar Sofa.(k34)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper