Bisnis.com, BANDUNG - Keikutsertaan asuransi pertanian di wilayah Jawa Barat masih terhitung minim. Dari kurang lebih 2.000.000 hektare lahan pertanian di Jabar, baru sekitar 200.000 hektare yang sudah terkaver asuransi pertanian.
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Hendy Jatnika, belum maksimalnya asuransi pertanian tersebut lantaran para petani belum sepenuhnya sadar akan keuntungan dari keikutsertaan asuransi pertanian.
Padahal, kata Hendy, pada tahun lalu saja asuransi pertanian di Jabar sangat membantu petani yang mengalami kegagalan panen.
"Untuk tahun lalu sangat membantu petani yang mengalami kegagalan, sehingga bisa mulai tanam kembali," kata Hendy saat dihubungi, Rabu (24/1).
Di samping itu, dia melanjutkan, dana asuransi tersebut masih menggunakan subsidi APBN Kementerian Pertanian (Kementan) bukan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Subsidinya masih menggunakan APBN Kementan, belum langsung Kemenkeu. Untuk tahun ini belum ada alokasinya untuk Jawa Barat," katanya.
Hendy menjelaskan, keikutsertaan asuransi pertanian dinilai penting bagi setiap petani. Petani bisa menanam kembali lahannya ketika terdampak gagal panen akibat cuaca atau OPT baik hama atau penyakit dengan klaim Rp6 juta per hektare.
"Maka ketika lahan gagal panen akibat cuaca maupun hama penyakit, petani dapat melakukan penanaman ulang pada saat itu juga," ujarnya.
Kendati demikian, Hendy mengaku pada saat ini para petani sudah mulai berminat untuk mengasuransikan lahan pertaniannya seiring dengan premi yang sangat rendah yaitu Rp36.000 per hektare lahan per musim tanam.