Bisnis.com, BANDUNG-Bagi kebanyakan masyarakat, melakukan perdagangan atau trading mata uang ataupun komoditas masih terlalu asing. Padahal, aktivitas yang berpusar pada pasar derivatif itu menjanjikan peluang untung cukup besar dan cepat.
Perdagangan mata uang atau Forex (Foreign Exchange) belum terlalu memikat masyarakat. Terdapat beberapa sebab yang membuat masyarakat umum enggan antara lain seluk beluk pengetahuan dan pemahaman forex, serta persepsi tentang spekulasi mirip undian nasib.
Head of Market Analyst & Education FOREXimf.com Eko Trijuni selaku pengampu peran pialang di pasar derivatif mengungkapkan sejauh ini upaya edukasi seputar forex maupun pasar berjangka komoditi telah banyak dilakukan. “Tiap tahun, nasabah bertambah, dan kini banyak komunitas trader di banyak kota,” ungkapnya di Bandung, Jumat (24/11/2017).
Untuk persoalan pertama, Eko mengatakan ketidaktahuan terkait perdagangan berjangka membuat masyarakat takut adanya aksi penipuan berbalut investasi. Tak hanya itu, transaksi yang seakan virtual itupun dianggap amat berbelit.
Guna mengatasi kesangsian masyarakat, Eko mengatakan kecermatan dibutuhkan untuk membedakan perusahaan pialang resmi atau legal dan terdaftar ataupun tidak. “Jika investasi bodong, mereka tidak ada legalitas dari Bappebti [Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Kemendag],” ungkapnya.
Sebagai perusahaan terdaftar Bappebti, seperti foreximf.com mempunyai kewajiban menjelaskan detil produk dan transaksi yang dapat dilakukan nasabah di pasar uang maupun komoditi. “Selain itu, ada kewajiban terhadap nasabah untuk menjelaskan risiko, sehingga secara lebih dulu nasabah menerapkan manajemen risiko yang baik,” ungkapnya.
Di sisi lain, terkait transaksi di pasar uang maupun komoditi yang dianggap sukar dan berbelit, hal ini dapat terjawab melalui transaksi daring. Seperti foreximf.com, kini telah banyak perusahaan pialang yang menyediakan layanan daring, termasuk wadah edukasi.
Pada dasarnya, perdagangan forex ataupun komoditi mempunyai prinsip sama, yakni mengambil keuntungan melalui selisih harga. Prinsip itu, menurut Eko, sekaligus menjawab bahwa spekulasi bukan semata mengundi nasib, melainkan melakukan perhitungan rasional terkait pergerakan harga di pasar.
Untuk forex, semisal, para nasabah pemula yang minimal melakukan transaksi senilai US$500, dapat membeli kontrak nilai mata uang tertentu dalam jangka waktu tertentu. Setelah itu, para nasabah dapat melakukan jual beli untuk memaksimalkan keuntungan.
Berbedanya dengan pasar saham, menurut Eko, benefit dari pasar uang dapat dicermati secara langsung, tidak harus menunggu beberapa hari guna melihat pergerakan harga. Hal serupa juga berlaku pada perdagangan berjangka komoditi, kontrak komoditi diperdagangkan oleh para nasabah yang melihat peluang lewat transaksi jual dan beli.
Agar tak terjerembab pada jurang kerugian, Eko menjelaskan para nasabah harus menjalani edukasi bersama perusahaan pialang. Dari edukasi itu, katanya, para nasabah tidak hanya mengandalkan analisa pasar, melainkan pula dapat menerapkan manajemen risiko, memahami psikologis pasar, hingga mengatur kekuatan dana.
“Walau menjanjikan keuntungan, baik pasar forex maupun komoditi, para nasabah harus berhati-hati terkait pengelolaan risiko. Rumusnya, perlu mengenali mitra pialang yang legal dan terdaftar, setelah itu menerapkan edukasi yang diberikan,” tukas Eko.